
Uji Lemak
ABSTRACT
Lipid or fats can be classified into simple lipid, composite lipid, spingolipids, and derived lipid. The fats and oils used in most foods are triglycerides which are esters of glycerol and various fatty acids. The purpose of this practice to known the characteristics of fat and oil. Fats and oils have different characteristics depending on the composition of the fat or oil. Fat is a solid while oil is a liquid at room temperature. Oil is insoluble in water and 95% alcohol but soluble in hexane, chloroform and acetone. Gelatin and egg yolks at this practicum can not work as emulsifier. In creaming effect, the best comparasion of margarine:sugar is 3:1, and the worst is 2:3. In polymorphysm, cadbury chocolate has fewer crystal than cap gajah chocolate. In shortening effect, we can make 8 layers of dough with golden yellow to brown colour. Fats and oils are easy to absorb odors. In tainting, samples that smell margarine is still firmly attached is a sample of cream cake that is not wrapped and without a piece of soap while a sample of soap fragrance quickly absorbed is a sample of cream cake that is not wrapped + soap.
Keywords: fat,
lipid, oil, polymorphism, tainting
PENDAHULUAN
Peranan utama lemak dalam makanan adalah sebagai sumber energi. Tetapi pada pengolahan pangan juga dilakukan penambahan lemak atau minyak dengan sengaja. Hal tersebut dilakukan karena minyak dan lemak dapat berfungsi sebagai penghantar media panas, shortening (mentega putih), lemak, gajih, dan margarin. Di samping itu penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki cita rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pematangan kue-kue, dll.
Lemak dan minyak sering ditambahkan
secara sengaja ke bahan pangan dengan berbagai tujuan, seperti media penghantar
panas, shortening, lemak (gajih), mentega, dan margarin (Winarno, 1997).
Lemak dan minyak adalah bahan-bahan
yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak
dan minyak yang digunakan dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang
merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak (Buckle dkk, 2004). Asam
lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak
memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang
sehingga kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak
atau berlemak (Lehninger, 1982).
Lipid dapat dikelompokkan menjadi
lipid sederhana (simple lipid), lipid komposit (composite lipid),
spingolipid, dan lipid turunan (derived lipid). Lipid sederhana adalah
lipid yang mengandung dua jenis komponen penyusun, yaitu ester gliserin (ester
asam lemak dan gliserin), ester kolesterol (ester kolesterol dan gliserin), wax
(ester asam lemak dan alkohol), dan keramid (ester amid dan asam lemak). Lipid
komposit adalah lipid yang mengandung lebih dari tiga komponen penyusun
(gliserin, asam lemak, dan asam fosfat). Spingolipid adalah turunan dari
keramid. Lipid turunan adalah struktur lipid hasil hidrolisis dari kelompok
lipid. Dalam struktur lemak dan minyak, molekul gliserin mengikat tiga rantai
asam lemak dan membentuk senyawa ester yang bersifat non-polar. Panjang
struktur molekul lemak tergantung pada jenis asam lemak yang terikat pada
gliserin (Kusnandar, 2010). Lemak
dan minyak biasanya dibedakan berdasarka titik lelehnya: pada suhu kamar lemak
berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair (Wilbraham, 1992).
Emulsi merupakan proses pencampuran
dua larutan yang memiliki fase yang berbeda. Pada emulsi dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu fase pendispersi, fase terdispersi dan emulsifier. Fase
pendispersi merupakan fase
yang jumlah kandungannya
berjumlah banyak. Fase terdispersi memiliki jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan fase pendispersi. Emulsifier merupakan penyatu dari kedua fase
tersebut. Bahan emulsifier adalah protein, gum, sabun, atau garam empedu
(Vaclavik dkk, 2003).
Daya kerja emulsifier terutama
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun
air. Emulsifier tersebut apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam
air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya disperse minyak dalam air
sehingga terjadilah emulsi minya dalam air (o/w). Emulsifier yang lebih larut
dalam minyak (nonpolar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam minyak (w/o).
Cara kerja dari emulsifier yaitu bila butir-butir lemak telah terpisah karena
adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang terdispersi
tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul
emulsifier non polar larut dalam lapisan butir-butir lemak, sedangkan bagian
yang polar menghadap kepelarut (air) (Barnabas dkk, 2009).
Tujuan dalam praktikum kali ini untuk mengetahui
karakteristik lemak dan minyak, kelarutan dan sifat lemak dan minyak lainnya.
BAHAN
DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain botol
gelap, cawan alumunium, lemari es, mangkok, mixer, oven, pipet tetes,
pipet ukur, roll, dan tabung reaksi.
Bahan
yang digunakan antara lain akuades,
alkohol 95%, aseton, coklat cadbury, cap gajah, gelatin, gula, heksana,
kloroform, kue krim, kuning telur, margarin, mayonaise, mentega, minyak
jagung, minyak kedelai, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun dan salad
dressing dan tepung.
Karakteristik Lemak dan Minyak
Disiapkan
wadah sebanyak sampel. Diamati warna, aroma dan tekstur lemak dan minyak ini.
Kelarutan
Lemak dan Minyak
Disiapkan
tabung reaksi yang telah berisi alkohol 95%, heksana, aseton, kloroform dan
air. Ditambahkan 5 tetes minyak dan dikocok selama 1 menit. Selanjutkan
didiamkan selama beberapa saat dan diamati.
Emulsifikasi
Dimasukkan
15 mL pelarut air ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL minyak dan dikocok
selama satu menit. Didiamkan dan diamati saat menit ke-2, ke-5, dan ke-8. 5
tetes emulsifier yaitu gelatin atau kuning telur ke dalam tabung reaksi dan
dikocok selama satu menit. Didiamkan dan diamati saat menit ke-2, ke-5, dan
ke-8.
Creaming EFfect
Dibuat
adonan margarin:gula 1:1, 2:1, 3:1, 3:2 dan 2:3 kemudian adonan diamati dan
ditentukan adonan mana yang terbaik.
Shortening Effect
Adonan diulen oleh tepung dan air, digiling di atas
kertas roti menjadi 2 bagian berlemak dan 1 bagian tidak berlemak. Dilipat ke
dalam bagian yang tidak berlemak,
dilanjutkan lapisan yang berlemak dan digiling hingga tipis. Diulangi langkah
ini sampai 3 kali dan dipanggang dengan suhu 220oC selama 10 menit
dan diamati.
Polymorphysm
Coklat dipotong-potong menjadi bagian yang
lebih kecil dan dimasukkan ke dalam cawan alumunium, dibiarkan memeleleh dan
dimasukkan ke lemari pendingin setelah meleleh. Diamati kristal putih yang
terbentuk.
Tainting
Disiapkan 5 cawan alumunium yang masing-masing berisi
kue krim, kue krim + potongan sabun, kue krim dibungkus + potongan sabun, kue
krim yang dibungkus alumunium foil +
potongan sabun dan kue krim yang dibungkus plastik + sabun. Masing-masing wadah
ditutup dan didiamkan selama 6 hari, diamati pada hari ke 0, 2 dan 6.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik
Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak biasanya dibedakan berdasarka titik
lelehnya: pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair
(Wilbraham, 1992). Hasil pengamatan menunjukkan butter dan margarin
berwujud padat, sedangkan minyak jadung, minyak kedelai, minyak sawit, minyak
kelapa, minyak zaitun berwujud cair, sedangkan mayonaise dan salad
dressing wujudnya semipadat karena mengandung bahan lain selain lemak.
Mayonaise merupakan emulsi dari kuning telur dan minyak (Tarwotjo, 2007).
Warna pada minyak disebabkan oleh
adanya pigmen α dan β karoten, xantofil, klorofil, dan antosianin menyebabkan
minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan, dan kuning
kemerahan. Karotenoid sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon
dengan banyak ikatan jenuh (Lehninger, 1982). Oleh karena itu berdasarkan hasil
pengamatan karakteristik lemak dan minyak setiap sampel memiliki warna yang
berbeda-beda.
Aroma minyak-minyak dan lemak-lemak
tersebut bergantung dari bahan pembuatan minyak dan lemak tersebut. Aroma khas
minyak dan lemak biasanya mengeluarkan bau tidak enak yang mirip dengan bau
ikan yang sudah basi. Bau amis tersebut dapat disebabkan oleh interaksi
trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh. (Ketaren,
1995). Aroma minyak paling menyengat terdapat pada minyak jadung.
Margarin memiliki warna kuning cerah dan beraroma khas
margarin. Kenampakan margarin cenderung mirip dengan mentega, namun
perbedaannya adalah pada bahan penyusunnya, margarin terbuat dari lemak
tumbuhan, sedangkan mentega terbuat dari lemak hewan (Purnomowati dkk, 2008).
Minyak kedelai mengandung kurang 85% asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh lebih mudah diabsorpsi usus dan lebih mudah
dicerna daripada asam lemak jenuh (Gunawan, 2003). Oleh karena itu pada
pengamatan minyak kedelai cenderung cair dibandingkan minyak yang lain karena
lebih banyak asam lemak tidak jenuhnya dibandingkan asam lemak jenuhnya.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air
kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen,
kandungan asam lemak bebas serendahmungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang),
bilangan peroksida di bawah 2, bebas dariwarna merah dan kuning (harus berwarna
pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin
atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1995).
Kelarutan
Lemak dan Minyak
Berdasarkan hasil pengamatan, semua sampel minyak
tidak akan larut pada pelarut air dan alkohol 95%. Hal ini disebabkan oleh
adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar.
Sifat tidak larut dalam air disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon
panjang dan tidak adanya polar. Sedangkan Gaman dan Sherington (1994), minyak
dan lemak tidak larut dalam air karena adanya substansi tertentu yang di
mungkinkan terbentuknya campuran yang stabil antara lemak dan air. Kelarutan
minyak dan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam
lemaknya (deMan, 1997).
Lemak dan minyak pada dasarnya tidak
larut dalam air tetapi larut dalam beberapa pelarut organik seperti karbon
tetraklorida, petroleum eter dan etil eter (Lawson, 2001). Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut.
Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut
pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Garjito, 1980). Lemak dan minyak pada percobaan kali ini
semuanya larut dalam kloroform, heksana dan aseton karena lemak, minyak,
kloroform, heksana dan aseton merupakan senyawa yang non polar.
Emulsifikasi
Gelatin biasa digunakan sebagai
pemantap dan pengental sediaan keju. Penggunaan gelatin sangatlah luas
dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan
pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya
juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film
yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya
yang tinggi (Sediaoetomo, 2000). Namun gelatin tidak bagus untuk dijadikan
emulsifier antara minyak dan air karena hasil pengamatan menunjukkan minyak
yang ditambahkan gelatin tetap tidak larut dalam air.
Air dan minyak merupakan cairan yang
tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga
agar butiran minyak tetap tersuspensi di dalam air, pada mentega dan margarin
diperlukan suatu zat pengemulsi (emulsifier). Bahan yang dapat berperan sebagai
pengemulsi antara lain kuning telur, kasein, albumin, atau lesitin (Raharjo,
2008). Namun hasil pengamatan menunjukkan kuning telur tidak membuat minyak dan
air bersatu, kemungkinan pengocokannya kurang kuat, karena umumnya seperti pada
pembuatan kue kuning telur dapat bekerja dengan baik sebagai pengelmulsi.
Creaming
Effect
Creaming effect adalah
kemampuan lemak untuk memerangkap udara pada saat dikocok dengan gula.
Perbandingan antara mentega dan gula dalam adonan memengaruhi jumlah volume
udara yang dapat diserap lemak. Proses pengocokan adalah memasukkan udara
kedalam krim untuk menghasilkan buih yang stabil dengan struktur yang agak
kaku. Perbandingan antara margarin dan gula yang dicampurkan sangatlah
berpengaruh. Perbandingan berat gula dan lemak sebesar 3:2 akan menghasilkan
daya gabung udara dengan lemak yang maksimal (Aminah, 2002).
Berdasarkan hasil pengamatan
adonan margarin:gula terbaik yaitu dengan perbandingan 3:1 dan yang memiliki
mutu paling rendah adalah yang dengan perbandingan 2:3. Dapat disimpulkan
perbandingan margarin yang lebih banyak dibandingkan dengan gula memiliki
kualitas yang lebih baik daripada perbandingan gula yang lebih banyak dari
margarin.
Shortening
Effect
Shortening effect adalah kemampuan lemak untuk melumas dan mengempukan biskuit atau pastry. Pada adonan
ini lemak menutupi molekul zat pati dan gluten sehingga strukturnya tidak
kontinyu. Shortening atau cooking fat banyak jenisnya antara lain shortening
plastis, shortening fluida, shortening cair, shortening bakery, dll. Shortening
untuk bakery bersifat pastis pada suhu yang lebar dan digunakan dengan tujuan
adonan dapat menahan udara antara lain adonan untuk cake ataupun adonan untuk icing.
Adonan dapat dibuat menjadi 8 lapisan dengan bagian luar keras dan renyah dan
bagian dalam lembek dan kurang matang dengan warna kuning keemasan.
Polymorphysm
Pada cokelat yang berkualitas baik dimungkinkan kristal yang terbentuk
merupakan kristal β’ karena berukuran sangat halus dan bersifat stabil. Sedangkan pada
cokelat yang berkualitas kurang baik bentuk β’ berubah menjadi bentuk intermediet dan akhirnya berubah menjadi
bentuk yang berukuran lebih besar
(Rohman dkk, 2007).
Bila suatu lemak didinginkan, hilangnya panas akan memperlambat gerakan
molekul-molekul dalam lemak, sehingga jarak antar molekul lebih kecil. Jika
jarak antara molekul tersebut mencapai 5 Ã…, maka akan timbul gaya tarik menarik
antar molekul yang disebut gaya Van der Walls (Ketaren,1995). Besar gaya ini
hanya bisa dihitung pada molekul yang berantai panjang, seperti asam lemak
dengan berat molekul tinggi. Akibat adanya gaya ini, radikal-radikal dalam asam
lemak dalam molekul lemak akan tersusun berjajar dan saling bertumpuk serta
berikatan membentuk kristal. Kristal-kristal tersebut berbeda sifat dan titik
cairnya sehingga mengakibatkan lemak mempunyai beberapa titik lebur. Jika
terdapat banyak kristal yang terbentuk, hal tersebut menandakan bahwa kualitas
cokelat yang kurang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan coklat cap gajah memiliki lebih banyak
kristal yang terbentuk dibandingkan coklat cadbury artinya kualitas
coklat cap gajah lebih rendah dibandingkan coklat cadbury.
Tainting
Lemak dan minyak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus
dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap
oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang menyebabkan seluruh lemak menjadi
rusak (Wijana dkk, 2005).
Sampel yang bau margarinnya masih melekat kuat adalah sampel kue krim
yang tidak dibungkus dan tanpa potongan sabun sedangkan sampel yang wangi
sabunnya cepat terserap adalah sampel kue krim + sabun dan pada hari terakhir
wangi sabun sangat tercium pada sampel yang dibungkus oleh kertas roti. Kue
krim yang dibungkus dengan alumunium foil tidak mudah menyerap bau
dibandingkan dengan yang tidak dibungkus.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, lemak dan minyak memiliki karakteristik
yang berbeda-beda tergantung komposisi lemak atau minyak tersebut. Lemak
merupakan padatan sedangkan minyak merupakan cairan pada suhu ruang. Minyak
tidak larut dalam air dan alkohol 95% tetapi larut dalam heksana, kloroform dan
aseton.
Hasil praktikum menunjukkan penambahan emulsifier gelatin ataupun kuning
telur tidak membuat minyak dan air bersatu. Kualitas coklat cadbury lebih
baik dibandingkan coklat cap gajah karena coklat cadbury memiliki lebih
sedikit kristal yang terbentuk dibandingkan coklat cap gajah.
Hasil pengamatan creaming effect menunjukkan adonan terbaik adalah
adonan margarin:gula 3:1 sedangkan yang memiliki mutu paling rendah adalah
adonan margarin:gula 2:3. Berdasarkan hasil shortening effect didapatkan
hasil dapat dibuat 8 lapisan.
Sampel yang bau margarinnya masih melekat kuat adalah sampel kue krim
yang tidak dibungkus dan tanpa potongan sabun sedangkan sampel yang wangi
sabunnya cepat terserap adalah sampel kue krim yang tidak dibungkus + sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2010. Bilangan Peroksida Minyak Goreng dan Sifat Organoleptik Tempe pada Penggulangan Penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 1 No. 1. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Barnabas, dkk. 2009. Emulsi.
UPN Veteran, Yogyakarta.
Buckle, K.A., dkk. 2004.
Ilmu Pangan. UI Press, Jakarta.
DeMan,
John M. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB : Bandung.
Gaman,
P. M. dan Sherrington, K.B. 1994. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Fakultas Teknologi Pertanian UGM,
Yogyakarta.
Garjito, M. 1980. Minyak: Sumber, Penanganan,
Pengelolahan, dan Pemurnian. Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta.
Ketaren, S. 1995. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. UI Press, Jakarta.
Kusnandar,
Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Pangan. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
Lawson,
W.H. 2001. Standarts For Oil and Fat. AVI Publishing Company,
Connecticut.
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-dasar Biokimia, Erlangga,
Jakarta.
Purnomowati, Ida, dkk. 2008. Aneka Kudapan Berbahan
Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Rohman, Abdul dan Soemantri. 2007. Analisis Makanan.
UGM Press, Yogyakarta.
Tarwotjo, C. S. 2007. Dasar-dasar Gizi Kuliner.
Grasindo, Jakarta.
Vaclavik, dkk.
2003. Essentials of Food Science
2nd edition. Plenum Publishers, New York.
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati. ITB Press, Bandung.
Wijana, S., dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas.
Trubus Agrisarana, Surabaya.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia,
Jakarta.
PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa hubungi aku lewat ig ya
Tidak ada komentar: