Uji Halofilik, Uji Lipofilik, Uji Osmofilik, Uji Amilolitik



IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tabel Pengamatan Uji Halofilik, Lipofilik, Osmofilik dan Amilolitik
JENIS BAKTERI
SAMPEL DAN JENIS MEDIA
BENTUK DAN WARNA KOLONI
GAMBAR
HALOFILIK
Sampel: ikan peda
Media: NA
Warna : ungu
Bentuk : batang
 
Sampel : ikan peda
Media : NA + 5%  NaCl

bakteri tidak tumbuh
Sampel : ikan peda
Media : NA + 10%  NaCl

bakteri tidak tumbuh
Sampel : ikan peda
media : NA + 15%  NaCl

gagal
OSMOFILIK
Sampel : sirup
Media : NA

gagal
Sampel : sirup
Media : NA + 30% Sukrosa


gagal
AMILOLITIK
Sampel : tepung terigu
Media : NA
Pengenceran: 10-2
Warna : merah keunguan
Bentuk : coccus
Sampel : tepung terigu
Media : NA
Pengenceran: 10-3

bakteri amilolitik tidak terbentuk
LIPOLITIK
Sampel : margarin
Media : NA
Warna : ungu (bakteri gram positif)
Bentuk : coccus
Sampel : margarin
Media : NA + 1% lemak
Warna : biru keunguan
Bentuk : coccus
Sampel : margarin
Media : Na + 2% lemak


gagal



4.2 Pembahasan

4.2.1 Uji Halofilik
Pada pengawetan bahan pangan bahan sederhana yang biasa digunakan adalah garam. Dengan penambahan garam akan menaikan konsentrasi dan menurunkan kadar air. Mikroorganisme pada umumnya tidak dapat tumbuh pada aw rendah karena tidak ada cukup air untuk mendukung pertumbuhannya, selain itu penambahan garam pada bahan pangan bisa menghambat mikroorganisme dengan perubahan tekanan osmosis yang menyebabkan lisis pada bakteri. Tetapi mikroorganisme toleran terhadap kadar garam tinggi. Bahkan mikroorganisme ini membutuhkan konsentrasi minimal tertentu untuk pertumbuhannya bakteri tersebut adalah bakteri halofilik (Fardiaz, 1992).
Bakteri halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal tertentu untuk pertumbuhannya. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu 5-20% untuk bakteri halofilik sedang dan 20% - 30% untuk bakteri halofilik ekstrim. Beberapa bakteri disebut halotolerant (tahan garam), yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa garam. Bakteri halofilik atau halotolerant sering ditemukan pada makanan berkadar garam tinggi atau di dalam larutan garam (Sukarminah, 2016).
Fungsi garam yang mempengaruhi aktivitas air (Aw) yang terkandung dalam daging ikan menyebabkan aktivitas bakteri dalam ikan menjadi terhambat, dapat menjadikan protein daging terdenaturasi, menyebabkan sel-sel mikroba menjadi lisis karena perubahan tekanan osmotic, sedangkan ion klorida pada garam memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikroba serta memblokir sistem respirasinya (Sugitha, 1995).
Pada uji bakteri halofilik kali ini digunakan ikan peda sebagai sampel. Ikan peda adalah salah satu ikan asin yang dibuat dari ikan segar yang diawetkan dengan cara digarami, dijemur, dikukus atau difermentasi. Kandungan garam yang tinggi dalam ikan asin mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang mempercepat proses pembusukan.(Djarijah, 1995). Ikan peda dapat dijadikan sampel yang cocok untuk pengujian bakteri halofilik dikarenakan ikan peda mengandung kadar garam yang tinggi.
Pada uji bakteri halofilik ini pada sampel yang hanya ditambah NA bakteri tumbuh dan bewarna ungu berbentuk batang yang merupakan bakteri gram positif. Pada penambahan NaCl 5% dan 10% tidak ditumbuhi bakteri yang artinya bakteri tersebut tidak tahan garam atau bukan merupakan kelompok bakteri halofilik karena saat ditambahkan garam bakteri tersebut tidak tumbuh. Pada kelompok 4B atau NA dengan penambahan 15% NaCl didapati kegagalan karena media agarnya rusak disebabkan saat belum beku cawan petri sudah dibalik. Dikarenakan koloni bakteri tidak tumbuh maka tidak perlu dilanjutkan ke step pewarnaan gram.

4.2.2 Uji Osmofilik
Mikroorganisme pada umumnya tidak dapat tumbuh lingkungan dengan tekanan osmotik tinggi karena cairan dalam sel bakteri akan berdifusi keluar dan sel akan kisut dan mati. Oleh karena itu kita sering menambahkan gula dalam jumlah besar pada bahan pangan untuk menaikan tekanan osmotik dari bahan pangan tersebut. Tetapi ada mikroorganisme yang tahan hidup  pada lingkungan dengan tekanan osmotik tinggi. Bahkan mikroorganisme ini membutuhkan medium yang terdapat gula dengan konsentrasi minimal tertentu untuk pertumbuhannya bakteri tersebut adalah bakteri osmofilik (Fardiaz, 1992).
Bakteri osmofilik adalah bakteri yang tumbuh dengan konsentrasi gula tinggi. Osmotoleran adalah bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa konsentrasi gula. Contoh: Leuconostoc. (Sukarminah, 2016)
Pada pengujian bakteri osmofilik kali ini digunakan sampel sirup. Sirup adalah bahan cair yang merupakan larutan gula dan air. Ada berbagai macam sirup. Sirup dibedakan atas konsentrasinya dan jenis rasanya. Konsentrasi sirup menunjukkan jumlah konsentrasi gula didalamnya (Sulaiman, 2012). Sirup merupakan bahan cair yang memiliki konsentrasi gula tinggi sehingga digunakan sirup sebagai sampel karena untuk menguji bakteri osmofilik yang tunmbuh dengan konsentrasi gula tinggi.
Pada pengujian bakteri osmofilik kali ini gagal dikarenakan media agarnya hancur disebabkan oleh disaat agar belum beku sudah dibalik sehingga media agarnya hancur sehingga sulit mengamatinya.

4.2.3 Uji Lipolitik
Lemak merupakan sumber cadangan energi yang banyak terkandung pada bahan pangan serta dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya enzim lipase. Dengan adanya lipase dalam bahan pangan, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10 % (Winarno, 1992).
Hidrolisis bersifat menurunkan mutu bahan pangan. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh reaksi hidrolisis ini dapat memberikan rasa dan bau tengik pada lemak atau minyak tersebut (Herudiyanto, 2008).  Lipase bisa berasal dari bahan pangan itu sendiri atau dari kontaminasi bakteri, khamir atau kapang. Jenis-jenis mikroorganisme yang mempunyai sejumlah spesies bersifat lipolitik misalnya bakteri Pseudomonas, Alcaligenes dan staphylococccus; kapang yang termasuk jenis Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus dan Penicillum; serta khamir yang termasuk jenis Candida, Rhodotorula dan Hansenula.
Pada uji bakteri lipolitik kali ini digunakan margarin sebagai sampel. Margarin adalah lemak yang terbuat dari minyak sawit. Kandungan margarin adalah 85% lemak, 10-15% air dan sekitar 5% garam, emulsifier, pewarna, perasa dan bahan lain. (Ananto, 2012). Margarin memiliki kadar lemak yang tinggi oleh karena itu margarin cocok sebagai sampel uji bakteri lipolitik yang dapat memproduksi lipase yaitu enzim yang mengkatalasi hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Pada uji bakteri lipolitik sebekum ditambahkan lemak 1% dan sesudah ditambahkan lemak 1% bakterinya tumbuh. Artinya bakteri yang berbentuk kokus dan bewarna ungu tua ini merupakan kelompok bakteri lipolitik, sedangkan pada cawan petri yang berisi sampel+NA+lemak 2% ditemukan kegagalan kerena media agarnya hancur dan sulit diamati. Pada sampel yang ditambahi media NA dan 1% lemak bakteri lipolitik masih dapat tumbuh.

4.2.4 Uji Amilolitik
Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel. Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur yang berhubungan dengan konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil kemampuan organisme untuk mengubah substrat menjadi perantara-perantara sebagai jalur untuk fermentasi glukosa (Sukarminah, 2016).
Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel (Sukarminah, 2016).
Fungsi uji positif hidrolisis amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya area jernih di sekitar pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah jernih tersebut disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium agar. Fungi atau bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus polimexa, dan Bacillus subtilis (Sukarminah, 2016).
Menurut Fardiaz (1992) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan iodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan iodium. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati.
Pembentukan zona bening menunjukkan bahwa pati yang terdapat di dalam media dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi senyawa yang sederhana seperti maltosa, dekstrin dan glukosa (Winarno 1983). Untuk memperjelas adanya zona bening, media pati padat yang telah ditumbuhi bakteri ditetesi larutan iodium. Daerah di luar zona bening akan berwarna biru setelah diberi larutan ini, warna biru yang terbentuk karena larutan ini bereaksi dengan pati yang tidak dihidrolisis. Zona bening tidak ikut terwarnai karena pada zona tersebut pati sudah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti disakarida atau monosakarida. Enzim amilase ekstraseluler yaitu enzim yang dikeluarkan dan menghidrolisis makromolekul seperti pati yang ada di lingkungan luar sel, kemudian hasil hidrolisis diserap kembali ke dalam sel (Crueger & Crueger 1982).
Kebanyakan mikroorganisme amilolitik tumbuh subur pada bahan pangan yang banyak mengandung pati atau karbohidrat, misalnya pada berbagai jenis tepung. Kebanyakan jenis mikroorganisme amilolitik adalah kapang, tetapi beberapa jenis bakteri juga ada. Misalnya Bacillus subtilisn dan C. butyricum. Genus bakteri yang termasuk kelompok bakteri amilolitik yang cukup dikenal luas ialah Bacillus dan Clostridium, Bacteriodes, Lactobacillus dan Micrococcus (Pelczar 1988).
Pada uji amilolitik kali ini sampel yang digunakan adalah tepung terigu. Tepung terigu adalah tepung yang terbuat dari biji gandum yang dihaluskan. Di pasaran dapat dijumpai tiga jenis tepung terigu yaitu tepung terigu protein tinggi, protein sedang dan protein rendah (Sutomo, 2008). Kandungan nutrisi tepung terigu yaitu 8,9% protein; lemak 1,3%; karbohidrat 77,3%; abu 0,06% dan air 13,25% (Lukito, 2007). Pada tepung terigu kandungan karbohidratnya tinggi sehingga memungkinkan bakteri amilolitik dapat tumbuh pada tepung terigu.
Pada uji bakteri amilolitik pengenceran 10-2 terlihat bakteri amilolitik bewarna merah keunguan dan berbentuk kokus sedangkan pada pengenceran 10-3 tidak terlihat, yang artinya pada pengenceran 10-2 bakteri amilolitik masih dapat tumbuh sedangkan pada pengenceran 10-3 sudah tidak terdeteksi.
Selain itu saat ditetesi larutan yodium 1% pati yang terhidrolisis akan membentuk warna biru dengan yodium, sedangkan pati yang terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat sebagai area bening sebagai akibat aktivitas ensim amilase. Areal bewarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukan hidrolisis sebagian terhadap pati. Pada pengenceran 10-3 tidak terjadi reaksi diatas yang artinya bakteri amilolitiknya tidak tumbuh.


V. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan:
-  Pada uji bakteri halofilik sebelum ditambahkan garam bakteri tumbuh tetapi setelah ditambahkan garam bakteri tidak tumbuh yang menandakan bakteri yang diuji bukan merupakan kelompok bakteri halofilik atau bakteri halofilik tidak dapat tumbuh pada konsentrasi garam mulai dari 5%.
-  Pada uji bakteri osmofilik gagal karena media agarnya hancur sehingga sulit diamati.
-  Pada uji bakteri lipolitik, sampel yang ditambahi media NA dan 1% lemak bakteri lipolitik masih dapat tumbuh dengan bakteri berbentuk kokus dan bewarna ungu tua.
-  Pada uji bakteri amilolitik pengenceran 10-2 terlihat bakteri amilolitik bewarna merah keunguan dan berbentuk kokus.
DAFTAR PUSTAKA

Ananto, Diah Surjani. 2012. Membuat Aneka Bolu Gulung. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Crueger dan Crueger. 1990. Biotechnology A Text Book of Industrial Microbiology. 2nd edition. Sinaver Associates Inc. Sunderland.

Djarijah, Abbas Siregar. 1995. Teknologi Tepat Guna Ikan Asin. Yogyakarta: Kanusius.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
           
Herudiyanto, Marleen S. dan Sarifah Hudaya. 2008. Teknologi Pengolahan Roti dan Kue. Bandung: Widya Padjajaran.

Lukito, Agung. 2007. Lobster Air Tawar. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Pelczar, dkk. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Sugitha, I Made. 1995. Teknologi Hasil Ternak. Padang: Universitas Andalas.

Sukarminah, Een, dkk. 2016. Mikrobiologi Pangan. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Sulaiman. 2012. Perubahan Sifat pada Benda. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).

Sutomo, Budi. 2008. Variasi Mie dan Pasta. Jakarta: PT Kawan Pustaka.

Winarno, F.G. dan B. S. I. Jenie, 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Winarno, FG., dkk. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.

PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.