Penyimpanan Beku dan Mikroorganisme Termodurik
IV. HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan
Penyimpanan Beku
(Sumber, Dokumentasi Peribadi 2017)
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Mikroorganisme Termodurik
Kel.
|
Sampel
|
Bentuk
|
Warna
|
|
8
|
Basil
|
Ungu
|
||
9
|
Susu
Pasteurisasi
|
Basil
|
Merah
|
|
10
|
Sosis
|
Tidak Tumbuh
|
-
|
|
11
|
Ayam Goreng
|
Basil
|
Ungu
|
(Sumber, Dokumentasi Peribadi 2017)
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pengaruh Suhu Penyimpanan Beku terhadap Mikroba pada Bahan Pangan
Praktikum yang dilakukan yaitu
pengaruh suhu penyimpanan beku terhadap mikroba pada bahan pangan. Praktikum
ini dilakukan untuk dapat mengamati mikroba psikolifik yang dapat
bertahan, bakteri psikrotropik merupakan
bakteri yang dapat bertahan pada suhu rendah untuk tumbuh pada suhu lemari es,
terutama diantara 0ºC dan 5ºC. Jadi penyimpanan yang lama pada suhu-suhu ini
baik sebelum atau sesudah pembekuan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
oleh mikroba (Buckle, 1985). Contoh bakteri psikotropik yaitu Pseudomonas,
Flavobacterium dan Alcaligenes. (Sukarminah, 2016)
Batas suhu terendah untuk kehidupan
tampaknya sekitar -20 °C, yang merupakan nilai yang dilaporkan untuk bakteri
yang tinggal di tanah permafrost dan di lautan es. Aktivitas mikroba pada suhu
tersebut dibatasi pada sejumlah kecil air yang tidak dicairkan di dalam tanah
permafrost atau es, dan saluran air garam yangmengandung konsentrasi tinggi
garam, zat eksopolimer dan / atau partikel, dan aliran fluida dijaga oleh
gradien konsentrasi dan suhu. Bakteri aerob dan anaerob ditemukan pada suhu
ini. Faktor lain seperti tekanan osmotik dan hidrostatik, radiasi matahari,
bumi dan kosmik, stres oksidatif dan ketersediaan unsur hara juga sangat
mempengaruhi kondisi kehidupan. Akibatnya, adaptasi terhadap dingin, kering dikombinasikan
dengan adaptasi lainnya. Terlepas dari semua tantangan ini, kehidupan tumbuh
subur di lingkungan ini dengan keanekaragaman hayati mikroba yang luar biasa
terutama bakteri, jamur (khususnya ragi) dan mikroalga (Amico dkk, 2006). Di
antara bakteri yang telah terdeteksi, mikroorganisme yang paling sering
dilaporkan adalah protease Gram-negatif α-, β- dan γ-proteobakteri (Pseudomonas
spp dan Vibrio spp.) Dan filum Cytophaga-Flavobacterium-Bacteriodes.
Coryneforms, Arthrobacter sp. dan Micrococcus sp. adalah bakteri
gram positif yang paling sering ditemukan. Bakteri umumnya mendominasi jumlah
dan keanekaragaman Archaea, meskipun di beberapa daerah seperti perairan
laut dalam, ini ditemukan dalam jumlah yang setara, dengan Methanogenium
dan Methanococcus adalah genera yang paling banyak dikutip. Di antara
spesies Cyanobacteria yang teridentifikasi, Oscillatoria, Phormidium
dan Nostoc dominan di sebagian besar habitat Antartika. (Pandey
dkk, 2004)
Penyimpanan bahan pangan pada suhu
rendah befungsi memperpanjang masa simpan, karena pada suhu rendah dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang disebabkan menurunnya aktivitas enzim dan kekurangan cairan
disekelilingnya yang digunakan untuk menyerap zat-zat makanan.
Menurut
Buckle (1985), ada dua pengaruh pendinginan terhadap makanan yaitu:
1.
Penurunan suhu akan mengakibatkan
penurunan proses kimia, mikrobiologi, dan biokimia yang berhubungan dengan
kelayuan, kerusakan, dan pembusukan.
2.
Pada suhu di bawah 0o C air
akan membeku dan terpisah dari larutan membentuk es, sehingga aÂÂw
menurun.
Pada
suhu tersebut pertumbuhan mikroba akan semakin lambat. Jika air dalam makanan
telah sempurna membeku maka mikroba tidak akan berkembang biak, tetapi pada
beberapa bahan pangan sebagian air belum membeku sampai suhu -9,9oC
atau di bawahnya, hal ini disebabkan adanya kandungan gula, garam atau zat-zat
lain yang menurunkan titik bekunya (Fardiaz, 1992).
Praktikum yang dilakukan yaitu
pertama ambil sampel dari freezer sampel daging sapi, daging cincang, dan udang. Seluruh sampel
pada awalnya diambil mikroorganisme pada permukaan sampel seluas 2cm x 2cm yang
mewakili 1 gram bahan sampel dengan menggunakan swab steril. Swab adalah alat
praktikum berbentuk menyerupai cotton bud,
yaitu tangkai berbahan kayu dengan balutan kapas pada salah satu ujungnya yang
berfungsi untuk mengambil mikroorganisme yang terdapat pada permukaan sampel
dengan cara menggosok–gosokkan ujung swab tersebut pada permukaan sampel.
Setelah digosok–gosokkan pada permukaan sampel, masing–masing swab kemudian
dibilas pada tabung reaksi yang berisi larutan NaClfis sebagai
pengenceran 10-1 dengan tujuan melepaskan mikroorganisme yang
terdapat pada swab tersebut. Lalu dibuat pengenceran hingga 10-3.
Kemudian pengenceran terakhir dari masing-masing
sampel diinokulasi dalam cawan petri dengan menggunakan media PCA. Cawan petri
berisi sampel diinkubasi selama seharusnya sampai 3 hari dan diamati jumlah
koloni yang tumbuh. Namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan 1 hari.
Setelah itu dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui jenis bakteri dari
sampel.
Daging rawon yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah daging sapi biasa namun paling cocok
untuk dimasak sebagai daging rawon. Pada daging sapi kontaminasi mikroorganisme
akan tergantung pada hygienitas sejak dipotong, disimpan dan selama processing.
Dan pertumbuhannya sendiri tergantung pada beberapa faktor seperti: protein,
karbohidrat dan temperatur sekitarnya (Murtidjo, 1990).
Pada daging rawon hasil
pewarnaan gram bentuknya yaitu basil dan bewarna ungu (bakteri gram positif)
diduga bakteri kelompok Bacillus seperti Bacillus cereus. Pada edamame beku dan
kacang polong beku hasil pewarnaan gram bentuknya yaitu kokus dan bewarna ungu
(bakteri gram positif) diduga kelompok bakteri Micrococcus seperti pada Micrococcus
luteus. Daging giling memiliki
kerentanan tinggi terhadap infeksi bakteri aerobik misalnya Coliform dan
bakteri Coliform tahan panas, Streptococcus dan Staphylacoccus.
Bakteri-baktei ini akan tumbuh dalam kondisi aerobik (Ayustaningawarno, 2014).
Daging giling biasanya memiliki mikroorganisme lebih banyak dibandingkan daging
yang tidak digiling karena luas permukaan yang bersentuhan dengan alat lebih
banyak dan alat juga dapat terkena kontaminasi, sehingga resiko kontaminan pada
daging giling lebih besar dari daging yang tidak digiling.
Pada sampel daging giling
hasil pewarnaan gramnya yaitu berbentuk
kokus dan bewarna merah (bakteri gram negatif) diduga bakteri Psychrobacter
immobilis. Udang beku atau segar
yang telah dicuci bersih biasanya dipasarkan untuk keperluan ekspor dan
dipertahankan suhunya sekitar 0oC kemudian baik secara langsung
maupun setelah mengalami perlakuan pendahuluan segera dibekukan pada temperatur
rendah maksimum -45oC kemudian temperatur pusat produk akhir menjadi
maksimum -18oC. Selanjutnya udang disimpan pada tempat penyimpanan
dengan temperatur maksimum -25oC dan fluktuasi 1oC
(Murtidjo, 1992).
Edamame beku, kacang
polong beku dan jagung beku merupakan salah satu contoh dari sayuran beku.
Sayuran beku adalah salah satu cara pengawetan sayur dengan cara pengawetan
beku ialah membekukan bahan pada suhu -10oC atau lebih rendah lagi,
mikroorganisme tidak dapat berkembang biak. Perubahan kualitas pada sayuran beku
biasanya disebabkan oleh aktifitas enzim. Oleh karena itu, blansing dilakukan
untuk menginaktifkan enzim sebelum pembekuan perlu dilakukan pada sayuran (Tim
Penulis PS, 2008). Semua jenis sayuran beku tidak mengandung natrium dan sama
bergizinya dengan sayuran segar. Menurut hasil penelitian buah-buahan dan
sayuran beku justru lebih bernutrisi karena dibekukan segera setelah dipanen.
Sedangkan sayuran segar mungkin telah berusia beberapa hari saat dijual karena
harus melewati tahap pengemasan, pendistribusian dan penjualan di toko eceran
(Kowalski, 2010).
Pada udang beku, daging
steak dan jagung beku dilihat dari bentuk dan warna bakteri hasil pewarnaan
gram diduga bakteri Pseudomonas atau Alcaligenes karena berbentuk
basil dan bewarna merah (gram negatif).
4.2.2 Pengujian
Mikroorganisme Termodurik pada Produk Pemanasan
Proses termal merupakan salah satu
metode yang hampir selalu digunakan dalam pengolahan pangan. Proses termal atau
yang sering disebut dengan pemanasan bertujuan untuk membuat makanan menjadi
lebih lunak, lebih enak dan lebih awet karena panas juga akan mematikan
mikroorganisme dan menonaktifkan enzim-enzim, serta membuat makanan itu menjadi
lebih aman karena toksin-toksin tertentu rusak oleh pengaruh panas (Tjahjadi,
2008).
Menurut Sukarminah, 2016, pengaruh
penggunaan suhu tinggi terhadap mikrorganisme adalah sebagai berikut:
1.
Denaturasi protein sel.
2.
Inaktivasi enzim-enzim metabolisme.
3.
Spora atau sel vegetatif mati.
Bakteri tahan panas yaitu
kelompok bakteri termofilik yaitu pertumbuhan pada 60-800C (Abdurahman,
2008) sedangkan bakteri termodurik adalah bakteri yang masih dapat tumbuh dan
berkembang biak pada suhu pasteurisasi (Arisman, 2009).
Praktikum yang dilakukan yaitu diitimbang
1 gram (sampel padat) atau 1 mL (sampel cair) ke dalam 9 mL larutan pengencer
NaCl fis (Pengenceran 10-1). Dipanaskan di dalam penangas air (suhu
63±0,50C) selama 30 menit (sebagai kontrol digunakan tabung lain
dimana didalamnya dicelupkan termometer untuk mengetahui kapan suhu tersebut
tercapai). Pemanasan ini untuk mematikan bakteri lain dan yang bakteri yang
bertahan adalah bakteri termodurik atau bakteri tahan panas bahkan pada suhu
pasteurisasi. Setelah itu tabung yang telah dipanaskan didinginkan terlebih
dahulu dan dilakukan pengenceran hingga 10-3. Dimasukkan 1 mL dari
hasil pengenceran ke dalam cawan petri, kemudian dituangkan medium PCA dan
digoyang-goyangkan agar sampel dan media homogen, dibiarkan membeku. Diinkubasi
pada suhu 320C selama 2 hari. Diamati hasilnya, bila koloni tumbuh
dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui bentuk, warna dan jenis bakteri.
Rendang biasanya terbuat dari daging sapi
yang dimasak dengan santan dan bermacam-macam bumbu. Rendang menjadi populer
karena kelezatan rasanya. Tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga disukai
di mancanegara. Bahkan makanan ini dinobatkan sebagai salah satu makanan
terbaik dunia versi situs CNNGO.com pada tahun 2011 (Sutomo, 2012)
Pada sampel rendang hasil pewarnaan
gramnya yaitu berbentuk basil dan bewarna ungu (bakteri gram positif) diduga
merupakan kelompok bakteri Clostridium. Susu pasteurisasi adalah susu yang diberi
perlakuan panas pada suhu 62.8oC selama 30 menit (Long Time
Holding) atau 71.7oC selama 15 detik (Sukarminah, 2016). Proses
ini tidak membunuh seluruh mikroorganisme dan pengaruhnya hanya bersifat
sementara, karena itu, susu pasteurisasi tetap mudah rusak dan harus disimpan
pada suhu rendah (5-6oC) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14
hari (Ide, 2008).
Pada sampel susu pasteurisasi hasil
pewarnaan gramnya yaitu berbentuk basil dan bewarna merah (bakter gram negatif)
diduga bakteri Bacillus coagulans. Pembuatan sosis adalah proses
sederhana untuk membiarkan daging mengalami serangkaian perubahan struktural
dan kimia terkendali. Ada dasar bagi semua budaya namun perubahannya bergantung
pada beragam metode persiapan dan spicing untuk mencapai karakteristik khas
yang diinginkan. Meskipun ukuran dan ruang lingkup operasi telah mengalami
tingkat perubahan yang luar biasa, prinsip dan gagasan di balik pembuatan sosis
modern dalam mencapai produk dengan nilai organoleptik tinggi dan masa simpan
yang lebih baik tetap sama.
Pada sampel sosis koloni tidak tumbuh
sehingga tidak perlu dilanjutkan hingga pewarnaan gram karena tidak ada koloni
yang tumbuh, maka artinya pada sampel sosis tidak ada bakteri termodurik yang
tumbuh.
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah:
1. Bakteri psikolifik merupakan bakteri yang
dapat bertahan pada suhu rendah untuk tumbuh pada suhu lemari es, terutama
diantara 0ºC dan 5ºC.
2. Pada edamame beku dan kacang
polong bekuhasil pewarnaan gram bentuknya yaitu kokus dan bewarna ungu (bakteri
gram positif).
3. Pada daging rawon hasil
pewarnaan gram bentuknya yaitu kokus dan bewarna merah (bakteri gram negatif)
diduga bakteri Psychrobacter
immobilis.
4. Pada udang beku, daging steak
dan jagung beku dilihat dari bentuk dan warna bakteri hasil pewarnaan gram
diduga bakteri Pseudomonas atau Alcaligenes karena berbentuk
basil dan bewarna merah (gram negatif).
5. Bakteri termodurik adalah bakteri yang
masih dapat tumbuh dan berkembang biak pada suhu pasteurisasi.
6. Pada sampel rendang hasil pewarnaan
gramnya yaitu berbentuk basil dan bewarna ungu (bakteri gram positif) diduga
merupakan kelompok bakteri Clostridium.
7. Pada sampel susu pasteurisasi hasil
pewarnaan gramnya yaitu berbentuk basil dan bewarna merah (bakteri gram
negatif) diduga bakteri Bacillus coagulans.
8. Pada sampel sosis tidak ada bakteri
termodurik yang tumbuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi. Jakarta: Penerbit
Grafindo Media Pratama.
Amico, dkk. 2006. Psychorophilic Microorganisms:
Challenges for Life. Eropa: NCBI.
Ayustaningwarno, Fitriono, dkk. 2014. Aplikasi
Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Deepublish.
BCCDC Lab. 2015. Bacillus Cereus. (http://www.bccdc.ca/health-info/diseases-conditions/bacillus-cereus,
diakses tanggal 30 Mei 2017)
Arisman. 2009. Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Buckle, K.A., dkk. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi
Pangan I. 1992. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
FAO.
1985. Small Scale Sausage Production. FAO Animal Production and Healt
Paper 52.
Ide,
Pangkalan. 2008. Health Secret of Kefir. Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
Kowalski,
R. E. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke secara Alami. Bandung: PT
Mizan Pustaka.
Murtidjo,
B. A. 1990. Sapi Potong. Yogyakarta: Penerbit Kansius.
Murtidjo,
B. A. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Yogyakarta: Penerbit
Kansius.
Pandey, K.D.,
dkk. 2004. Cyanobacteria in Antarctica: ecology, physiology and cold
adaptation. Cell Mol Biol (Noisy-le-grand) 50: 575–584
Sukarminah,
Een, dkk. 2016. Mikrobiologi Pangan.
Jatinangor: Universitas Padjadjaran.
Sutomo,
Budi. 2012. Rendang: Juara Masakan Terlezat Sedunia. Jakarta: Kawan Pustaka.
Tim Penulis PS.
2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta: Penerbit PS.
Tjahjadi,
Carmencita dan Herlina Marta. 2012. Pengantar Teknologi Pangan (Volume I dan II).
Jatinangor: Penerbit Universitas Padjadjaran.
Todar, Kenneth.
2012. Pseudomonas (http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html,
diakses tanggal 29 Mei 2017)
PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya
Tidak ada komentar: