Titrasi Pengendapan/Titrasi Argentometri



ABSTRACT

          Titration is a technique where a solution of known concentration is used to determine the concentration of an unknown solution.  Titration of precipitation/argentometry is a titration involving the formation of the precipitate. In this test is done to determine the concentration of NaCl in the sample. From the results of the practice of titration of precipitation, standardization of AgNO3 with Mohr method is 0.019095 N while with Volhard method is 0.02065 N. In the determination of NaCl content wuth Mohr method obtained results on pocari sweat of 10.15%, salted eggs 2.32%, anchovies 19.97%, peda fish  16,91% and terasi 10.58%. In the determination with NaCl content in Volhard method obtained results on pocari sweat of 74.34%, salted eggs 20.93%, anchovies 22.81%, peda fish 13.03% and terasi 9.99%.

Keywords: argentometry, fajans, mohr, NaCl, volhard

PENDAHULUAN

Garam dapur atau NaCl sering digunakan sebagai pengawet bahan pangan karena sifatnya yang bakteriostatik maupun bakteriosidal. Efek dari garam sebagai pengawet adalah sifat osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membran sel mikroba, sifat higroskopisnya menghambat aktifitas enzim proteolitik dan adanya ion Cl yang terdisosiasi. Bila mikroorganisme ditempatkan dalam larutan garam pekat (30-40%), maka air dalam sel akan keluar secara osmosis dan sel mengalami plasmolisis serta akan terhambat dalam perkembangbiakannya (Widyani, 2008). Ion Na+ dan Cl- pada garam juga bersifat toksin bagi beberapa bakteri (Salosa, 2013). Selain itu garam adalah mineral yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan osmotik atau aliran cairan di dalam tubuh. Selain itu, NaCl juga beperan dalam proses pertukaran zat makanan dalam tubuh. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh seperti hipertensi. Untuk menghindari kelebihan mengonsumsi garam, pengukuran kadar garam ini dapat dilakukan.
Titrasi merupakan analisis yang memungkinkan untuk menentukan jumlah yang pasti dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara mereaksikannya dengan larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti (Day, 1998).
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melibatkan terbentuknya endapan. Berdasarkan cara penenruan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan yaitu metode Gay Lussac, metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik akhir), metode Fajans (adsorbsi indikator pada endapan) dan metode Volhard (terbentuknya kompleks warna yang Iarut pada titik akhir) (Skoog et al, 1994).
Titrasi Argentometri berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang akan dianalisa dengan larutan baku AgNO3 sebagai penitrasi, menurut reaksi :
Ag+ + X- → AgX(s)
(Day, 1998)
Indikator yang digunakan pada titrasi pengendapan yang melibatkan garam perak ada tiga indikator. Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan AgCrO4 yang berwarna kuning. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks bewarna dengan ion sianat; SCN-. Dan metode Fajans memanfaatkan "indikator-indikator adsorbsi". Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rivai,1995):
1. Cara Mohr
Pada metode ini dapat digunakan indikator asam basa. Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar klorida dan bromida (C1- dan Br-) tapi tidak dapat dipakai untuk penetapan iodida dan tiosianat secara teliti. Suasana larutan harus netral yaitu sekitar 6,5 - 10. Bila pH > 10 akan terbentuk endapan AgOH yang terurai menjadi Ag2O. Sedangkan dalam larutan asam, ion kromat bereaksi dengan H+.
2. Cara Volhard
Pada cara ini larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam tiosianat dalam suasana asam. Indikatornya larutan garam ferri (Fe3+), dimana dengan tiosianat membentuk kompleks ferri tiosianat. Cara ini dipakai untuk penentuan kadar Cl-, Br-, I- dan tiosianat dalam suasana asam.
3. Cara Fajans
Pada metode ini, suspensi perak halogenida pada larutan yang mengandung ion halida akan bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion halida tersebut dan kemudian akan bermuatan positif apabila kelebihan ion perak. Indikator adsorbsi tidak memberi perubahan warna dalam larutan, tapi perubahan wama terjadi pada permukaan endapan. Senyawa organik bewarna yang digunakan untuk mengadsorbsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan wama tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorbsi.
(Day, 1998)
Ditemukan fakta bahwa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion pada klorida jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorida. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorbsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam lapisan larut unruk terus menerus ditambahkan sampai ion perak berlebih, ion-ion inilah akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel menjadi bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder (Day, 1998).  
Metode fajans merupakan indikator senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indikator yang biasa digunakan yaitu indikator adsorbsi diiododimetilfluoresen dan fluoresen. AgNO3 juga distandarisasi dengan NaC1 dengan menggunakan indikator fluoresein. Metode ini disebut dengan metode fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna (Day, 1998).
Tujuan praktikum ini untuk mengetahui kadar NaCl yang terkandung dalam sampel seperti pocari sweat, telur asin, ikan teri, ikan peda dan terasi.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan yaitu bulb, botol gelap, beaker glass, buret 50 mL, buret 100 mL, corong, erlenmeyer 100 mL, labu ukur 100 mL, neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur 10 mL dan ruang asam.
          Bahan yang digunakan yaitu AgNO3, akuades, HNO3 6N, ikan peda, ikan teri, indikator FAS, K2CrO4 5%, KCl, NH4CNS, pocari sweat, telur asin dan terasi.

Standarisasi AgNO3 terhadap KCl (Cara Mohr)
          Dipipet larutan KC1 0,02 N ke dalam erlenmeyer 100 mL kemudian ditambahkan 15 mL akuades dan 0,5 ml indikator K2CrO4 5% 3. Laritan dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi kekeruhan warna merah, dicatat volume AgNO3 yang terpakai dan dilakukan duplo. Selanjutnya dihitung normalitas AgNO3 dengan cara:

Standarisasi AgNO3 terhadap NH4CNS (Cara Volhard )
          Dipipet larutan AgNO3 0,1 N ke dalam erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 15 mL akuades dan 1 mL indikator FAS (Ferri Amonium Sulfat). Kemudian ditambahkan 5 mL HNO3 6 N,  dan dititrasi dengan NH4CNS sampai terjadi kekeruhan (endapan) warna merah coklat, dicatat volume NH4CNS 0,1 N yang terpakai dan dilakukan duplo. Selanjutnya dihitung normalitas AgNO3 dengan cara:

Penentuan Kadar NaCl dalam Sampel  Cara Mohr
          Ditimbang dengan teliti 1 gram sampel yang telah dikeringkan dan dihaluskan lalu dipindahkan ke labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades sambil dikocok, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kemudian disaring larutan tadi ke dalam erlenmeyer. Dipipet filtrat sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 mL. Selanjutnya ditambahkan indikator K2CrO4 5% 10 tetes dan dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi kekeruhan warna merah, dicatat volume AgNO3 yang terpakai dan dilakukan duplo. Selanjutnya dihitung kadar NaC1 dalam sampel dengan cara:

Penentuan Kadar NaCl dalam Sampel  Cara  Volhard
          Ditrnbang dengan teliti 1 gram sampel yang telah dikeringkan dan dihaluskan lalu dipindahkan ke labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades sambil dikocok, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kemudian disaring larutan tadi ke dalam erlenmeyer. Dipipet filtrat sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 mL. Selanjutnya ditambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 15 mL lalu dikocok selama 2 menit, ditambahkan 15 mL akuades dan 1 mL indicator FAS (feri arnmonium sulfat). Ditambahkan 5 mL HNO3 6N, lalu titrasi dengan NH4CNS sampai terjadi perobahan warna merah coklat, dicatat volume NH4CNS 0,1 N yang terpakai dan dilakukan duplo. Dilakukan pada blanko dan dihitung kadar NaCl dalam sampel dengan cara:
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
         
Tabel 1. Hasil Standarisasi AgNO3 terhadap KCl 0,1 N (Cara Mohr)
No
V AgNO3 (mL)
N AgNO3
1
10.5
0.01905
2
10.4
0.01923
3
10.5
0.01905
4
10.5
0.01905
Rata2
10.475
0.019095
          Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0.019095 N.
          Pada titrasi metode mohr ini terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
2Ag+ + CrO42- → AgCrO4
(Day, 1998)
          AgNO3 dengan Cl- bereaksi membentuk endapan AgCl. Kelebihan setetes Ag+ ini akan membentuk endapan merah bata (AgCrO4) dengan indikator K2CrO4 sehingga dapat dideteksi titik akhirnya melalui titrasi ini. Titrasi metode Mohr ini merupakan titrasi secara langsung karena sampel yakni Cl- dititrasi secara langsung dengan AgNO3.
          Berdasarkan MSDS, AgNO3 beracun, berbahaya,  korosif. menyebabkan luka bakar pada setiap jaringan tubuh, bisa fatal jika tertelan, berbahaya jika dihirup, oksidator kuat. dapat menyebabkan kebakaran apabila kontak dengan bahan lain. Dikarenakan AgNO3 merupakan oksidator kuat maka ia sangat mudah tereduksi, oleh karena itu konsentrasinya tidak stabil dan harus dilakukan standarisasi sebelum penggunaan larutan AgNO3 ini.
          Berdasarkan MSDS, KCl ini merupakan bahan yang stabil dan larut sempurna dalam air sehingga dapat digunakan sebagai standar primer untuk menetapkan AgNO3 ini. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer (Sukmariah, 2000).

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar NaCl dalam Sampel (Cara Mohr)
Kel.
Sampel
V AgNO3 (mL)
W sampel (mg)
W NaCl (mg)
ppm
Rata-rata ppm
Kadar (%)
Rata-rata (%)
1A
Pocari
0.6
5000
0.6695
93736.5912
101547.9738
9.3737
10.1548
1B
0.7
0.7811
109359.3564
10.9359
2A
Telur Asin
2.2
1009
2.4550
24331.07988
23778.10079
2.4331
2.3225
2B
2.1
2.3434
23225.1217
2.3225
2C
2
2.2318
22119.1635
2.2119
3A
Ikan Teri
17.7
1000
19.7516
197516.3886
199748.2122
19.7516
19.9748
3B
18.1
20.1980
201980.0358
20.1980
4A
Ikan Peda
15
1000
16.7387
167386.77
169060.6377
16.7387
16.9061
4B
15.3
17.0735
170734.5054
17.0735
5A
Terasi
9.5
1002
10.6011
105800.021
105800.021
10.5800
10.5800
5B
9.5
10.6011
105800.021
10.5800
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

           Sebelum melakukan titrasi sampel terlebih dahulu diencerkan agar saat titrasi tidak terlalu menggunakan penitar yang terlalu banyak karena bila tidak diencerkan konsentrasi larutan tersebut menjadi tinggi sehingga memerlukan banyak penitar. Sampel kebanyakan berbentuk padatan yang sulit larut dalam air sehingga harus disaring terlebih dahulu saat akan melakukan titrasi. Filtrat yang telah disaring dengan kertas saring kemudian dititar, bila masih terdapat padatan menyulitkan proses pemipetan yang dapat berakibat tersumbatnya pipet oleh karena itu dilakukan proses penyaringan pada sampel.
          Menurut BPOM RI (2006), definisi minuman isotonik adalah minuman formulasi yang ditunjukan untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit dan mineral tubuh dengan cepat. Sehingga minuman ini dapat diserap oleh tubuh setelah diminum. Sementara itu, berdasarkan SNI No. 01-4452 tahun 1998 minuman isotonik didefinisikan sebagai salah satu produk minuman ringan karbonasi atau nonkarbonasi untuk meningkatkan kebugaran, yang mengandung gula, asam sitrat, dan mineral.
          Berdasarkan SNI 01-0222-1995 tentang bahan tambahan pangan, beberapa bahan tambahan pangan yang diizinkan penggunaannya adalah pengatur keasaman, pemanis buatan, pengawet, antioksidan, pewarna, dll. Bahan tambahan pangan yang digunakan dalam pocari sweat memenuhi persyaratan ini.
          Kadar Natrium yang diperbolehkan dalam minuman isotonik menurut SNI 01-4452-1998 adalah sebesar 800-100 mg/kg (ppm). Namun berdasarkan hasil titrasi didapatkan kadar NaCl dalam pocari sweat sebesar 101547.9738 ppm atau kadar Natriumnya sebesar:
          Hasil ini sangat jauh dari standar, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya kesalahan titik akhir titrasi, larutan yang kurang homogen dan peralatan yang dipakai kurang bersih seperti erlenmeyer, pipet, dan lainnya.
          Pada sampel pocari sweat, sampel ini bersifat asam berdasarkan yang tercantum pada website pocari.co.id. Menurut Day, 1998 pada cara Mohr kondisi titrasinya harus netral karena jika asam yang terjadi adalah reaksi:
yang menyebabkan konsentrasi CrO42- berkurang sehingga mempengaruhi titik akhir titrasi.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4277-1996 yang mensyaratkan kadar garam pada telur asin minimal 2%. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil 2.3225% yang artinya memenuhi standar SNI.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2721-1992 yang mensyaratkan kadar garam pada ikan asin tidak lebih dari 20%, sehingga masih aman untuk dikonsumsi. Standar Nasional Indonesia mensyaratkan kadar garam pada ikan asin tidak lebih dari 20% karena kadar garam yang tinggi dapat memicu timbulnya hipertensi.
          Pada ikan teri kadar NaClnya sebesar 19,97%, pada ikan peda kadar NaClnya sebesar 16,91%. Berdasarkan hasil praktikum pada ikan teri dan ikan peda hasilnya memenuhi SNI.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2716-2016 yang mensyaratkan kadar garam pada terasi udang 12%-20%. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar NaCl dalam terasi sebesar 10.58%. Hal ini artinya kadar NaCl kurang dari standar, tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena kadar NaCl yang tinggi dapat menyebabkan hipertensi, hanya saja mengurangi mutu dan cita rasa terasi karena kurang dari standar.

Tabel 3. Hasil Standarisasi AgNO3 terhadap NH4CNS 0,1 N (Cara Volhard)
No
V NH4CNS (mL)
N NH4CNS
1
10.5
0.021
2
10
0.02
3
10.4
0.0208
4
10.4
0.0208
Rata2
10.325
0.02065
          Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0.02065 N.
          Pada titrasi cara Volhard ini terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
Ag+ sisa + CNS- → AgCNS ↓
CNS- + Fe3+ → Fe(CNS)2+ merah
(Day, 1998)
          Titrasi metode Vohard merupakan titrasi tidak langsung karena sampel (Cl-) tidak langsung bereaksi dengan penitarnya yakni NH4CNS sehingga diperlukan blanko untuk mengetahui konsentrasi Ag+ berlebih yang ditambahkan sehingga konsentrasi Cl- dapat diketahui. Berdasarkan reaksi perubahan yang terjadi yaitu saat ditambahkan Ag+ berlebih terbentuk endapan AgCl yang bewarna putih. Selanjutnya kelebihan Ag+ dititrasi oleh NH4CNS menjadi endapan AgCNS bewarna putih. Kelebihan satu tetes CNS- ini dengan Fe3+ akan bereaksi menjadi Fe(CNS)2+ yang bewarna merah sehingga digunakan indikator FAS sebagai indikatorrya.
          Namun pada metode Volhard ini mempunyai dua kesetimbangan selama penitrasian:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
Ag+ sisa + CNS- → AgCNS ↓
Kelarutan AgCl>AgCNS sehingga terjadi reaksi:
AgCl + CNS- → AgCNS ↓ + Cl-
Reaksi ini menyebabkan kadar Cl- rendah sehingga seharusnya ditambahkan nitrobenzena. Nitrobenzena ini akan membentuk suatu salut minyak pada permukaan AgCl, sehingga menghindari adanya reaksi dengan tiosianat.
Selain dengan ditambahkan nitrobenzena dapat juga dilakukan dengan cara menyaring endapan AgCl atau endapan AgCl dikoagulasi dengan pemanasa, setelah dingin disaring baru dititrasi.
Akan tetapi dalam penetapan bromida dan iodida dengan metode volhard secara tak langsung ini, reaksi dengan tiosianat tidak menimbulkan kesulitan karena AgBr hampir mempunyai kelarutan yang sama dengan AgSCN, dan untuk AgI kelarutannya lebih rendah dari AgSCN.
Suasana asam diperlukan untuk melakukan titrasi mertde Volhard ini sehingga ditambahkan HNO3 pada saat sebelum titrasi. Suasana asam diperlukan untuk menghindari hidrolisis indikator Fe3+. Bila terhidrolisis akan terjadi reaksi:
Fe3+ +H2O → Fe(OH)3
Dalam pengerjaan suatu titrasi harus dilakukan duplo untuk mengetahui apakah titrasi yang kita lakukan sudah tepat atau belum, hal ini dapat diketahui dengan selisih titrasi yang tidak berbeda jauh. Apabila selisih titrasinya jauh seharusnya dilakukan pengulangan kembali untuk mengetahui hasil titrasi yang sesungguhnya.
Berdasarkan MSDS, NH4CNS ini termasuk ke dalm bahan yang stabil dan larut sempurna dalam air sehingga NH4CNS dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi pada larutan AgNO3.

Tabel 4.  Hasil Penetapan Kadar NaCl dalam Sampel (Cara Volhard)
Kel.
Sampel
V AgNO3 (mL)
W sampel (mg)
W NaCl (mg)
ppm
Rata-rata ppm
Kadar (%)
Rata-rata (%)
6A
Pocari
14.80
5000
5.3099
743380.176
743380.176
74.3380
74.3380
6B
7A
Telur Asin
2.20
1009
20.5154
203323.7066
209303.8157
20.3324
20.9304
7B
1.20
21.7221
215283.9247
21.5284
8A
Ikan Teri
0.20
1000
22.9289
229289.34
228082.554
22.9289
22.8083
8B
0.40
22.6876
226875.768
22.6876
9A
Ikan Peda
10.80
1000
10.1370
101370.024
129027.3431
10.1370
13.0333
9B
6.00
15.9296
159295.752
15.9296
10A
Terasi
11.00
1002
9.8956
98758.93413
99963.31138
9.8759
9.9963
10B
10.80
10.1370
101167.6886
10.1168
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

            Kadar Natrium yang diperbolehkan dalam minuman isotonik menurut SNI 01-4452-1998 adalah sebesar 800-100 mg/kg (ppm). Namun berdasarkan hasil titrasi didapatkan kadar NaCl dalam pocari sweat sebesar 743380.176 ppm atau kadar Natriumnya sebesar:
          Hasil ini sangat jauh dari standar, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya kesalahan titik akhir titrasi, larutan yang kurang homogen dan peralatan yang dipakai kurang bersih seperti erlenmeyer, pipet, dan lainnya.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4277-1996 yang mensyaratkan kadar garam pada telur asin minimal 2%. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil 20.9304% yang artinya memenuhi standar SNI.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2721-1992 yang mensyaratkan kadar garam pada ikan asin tidak lebih dari 20%. Pada ikan teri kadar NaClnya sebesar 22.81% yang artinya kadar NaClnya tidak memenuhi standar karena terlalu tinggi. Pada ikan peda didapatkan kadar NaCl sebesar 13.03% yang artinya kadarnya memenuhi standar SNI.
          Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2716-2016 yang mensyaratkan kadar garam pada terasi udang 12%-20%. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar NaCl dalam terasi sebesar 9.99%. Hal ini artinya kadar NaCl kurang dari standar, tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena kadar NaCl yang tinggi dapat menyebabkan hipertensi, hanya saja mengurangi mutu dan cita rasa terasi karena kurang dari standar.
          Dari hasil penentuan kadar NaCl dalam sampel baik itu metode Mohr maupun metode Volhard didapatkan hasil konsentrasi yang tidak begitu jauh hal ini dikarenakan tujuan metode ini untuk menentukan konsentrasi halida. Perbedaannya hanya pada cara Mohr menggunakan titrasi secara langsung yakni sampel dititrasi secara langsung oleh penitar, sedangkan pada cara Volhard sampel tidak langsung dititrasi oleh penitar namun direaksikan dahulu dengan Ag+ kemudian kelebihan Ag+ ini dititrasi oleh NH4CNS sehingga hasilnya tidak begitu jauh.
          Menurut Day, 1998 metode Mohr hanya dapat menetapkan Cl- dan Br- sedangkan metode Volhard dapat menetapkan Cl-, Br-, I-, SCN-, AsO43-, CN-, CO32-, S2-, C2O42-, CrO42-, dan Ag+.

KESIMPULAN

          Dari hasil praktikum titrasi pengendapan, standarisasi AgNO3 cara Mohr sebesar 0.019095 N sedangkan pada cara Volhard sebesar 0.02065 N. Pada penentuan kadar NaCl dalam sampel cara Mohr didapatkan hasil pada pocari sweat sebesar 10.15%, telur asin 2.32%, ikan teri 19,97%, ikan peda 16,91% dan terasi 10.58%. Pada penentuan kadar NaCl dalam sampel cara Volhard didapatkan hasil pada pocari sweat sebesar 74.34%, telur asin 20.93%, ikan teri 22.81%, ikan peda 13,03% dan terasi 9.99%.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kategori Pangan No. HK:00.05.52.4040. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2721-1992 Tentang Ikan Asin Kering. BSN, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan. BSN, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI 01-4277-1996 tentang Telur Asin. BSN, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-4452-1996 tentang Syarat Mutu Minuman Isotonik. BSN, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2016. SNI 01-2716-2016 tentang Terasi Udang. BSN, Jakarta.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Rivai, Harrizal. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press,  Jakarta.
Salosa, Y. Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam, dan Total Bakteri Ikan Asin Tenggiri Asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Available at: http://jurnal.unsyiah.ac.id/ (diakses pada 12 November 2017)
Skoog, Douglas A., dkk.. 1994. Principles of Analysis, 4th ed. Saunders College Publishing.
Sukmariah. 2000. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara, Jakarta.
Widyani, R. dan Suciyaty, T. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Swagati Press, Cirebon.

PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.