Titrasi Pengendapan/Titrasi Argentometri
ABSTRACT
Titration is a technique where a solution of known
concentration is used to determine the concentration of an unknown
solution. Titration of
precipitation/argentometry is a titration involving the formation of the
precipitate. In this test is done to determine the concentration of NaCl in the
sample. From the results of the practice of titration of precipitation,
standardization of AgNO3 with Mohr method is 0.019095 N while with Volhard
method is 0.02065 N. In the determination of NaCl content wuth Mohr method
obtained results on pocari sweat of 10.15%, salted eggs 2.32%, anchovies
19.97%, peda fish 16,91% and terasi
10.58%. In the determination with NaCl content in Volhard method obtained
results on pocari sweat of 74.34%, salted eggs 20.93%, anchovies 22.81%, peda
fish 13.03% and terasi 9.99%.
Keywords: argentometry,
fajans, mohr, NaCl, volhard
PENDAHULUAN
Garam dapur atau NaCl
sering digunakan sebagai pengawet bahan pangan karena sifatnya yang
bakteriostatik maupun bakteriosidal. Efek dari garam sebagai pengawet adalah
sifat osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membran sel mikroba, sifat
higroskopisnya menghambat aktifitas enzim proteolitik dan adanya ion Cl yang
terdisosiasi. Bila mikroorganisme ditempatkan dalam larutan garam pekat (30-40%),
maka air dalam sel akan keluar secara osmosis dan sel mengalami plasmolisis
serta akan terhambat dalam perkembangbiakannya (Widyani, 2008). Ion Na+
dan Cl- pada garam juga bersifat toksin bagi beberapa bakteri
(Salosa, 2013). Selain itu garam adalah mineral yang sangat penting untuk
menjaga keseimbangan osmotik atau aliran cairan di dalam tubuh. Selain itu,
NaCl juga beperan dalam proses pertukaran zat makanan dalam tubuh. Namun jika
dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh
seperti hipertensi. Untuk menghindari kelebihan mengonsumsi garam, pengukuran
kadar garam ini dapat dilakukan.
Titrasi merupakan analisis
yang memungkinkan untuk menentukan jumlah yang pasti dari suatu larutan yang
dilakukan dengan cara mereaksikannya dengan larutan lain yang konsentrasinya
telah diketahui dengan pasti (Day, 1998).
Titrasi pengendapan adalah
titrasi yang melibatkan terbentuknya endapan. Berdasarkan cara penenruan titik
akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan yaitu metode Gay Lussac, metode Mohr (pembentukkan endapan
berdasarkan pada titik akhir), metode Fajans (adsorbsi indikator pada endapan)
dan metode Volhard (terbentuknya
kompleks warna
yang Iarut pada titik akhir) (Skoog
et al, 1994).
Titrasi Argentometri
berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang akan dianalisa dengan larutan baku
AgNO3 sebagai penitrasi, menurut reaksi :
(Day, 1998)
Indikator yang digunakan
pada titrasi pengendapan yang melibatkan garam perak ada tiga indikator. Metode
Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan AgCrO4 yang berwarna kuning. Metode Volhard
menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks bewarna dengan ion sianat; SCN-. Dan metode Fajans
memanfaatkan "indikator-indikator adsorbsi". Penentuan titik akhir
titrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rivai,1995):
1. Cara Mohr
Pada
metode ini dapat digunakan indikator asam basa. Cara ini dipakai untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida (C1- dan Br-) tapi
tidak dapat dipakai untuk penetapan iodida dan tiosianat secara teliti. Suasana
larutan harus netral yaitu sekitar 6,5 - 10. Bila pH > 10 akan terbentuk endapan AgOH yang
terurai menjadi Ag2O.
Sedangkan dalam larutan asam, ion kromat bereaksi dengan H+.
2. Cara Volhard
Pada
cara ini larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam tiosianat dalam
suasana asam. Indikatornya larutan garam ferri (Fe3+), dimana dengan tiosianat
membentuk kompleks ferri tiosianat. Cara ini dipakai untuk penentuan kadar Cl-,
Br-, I- dan tiosianat dalam
suasana asam.
3. Cara Fajans
Pada
metode ini, suspensi perak halogenida pada larutan yang mengandung ion halida
akan bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion halida tersebut dan kemudian
akan bermuatan positif apabila kelebihan ion perak. Indikator adsorbsi tidak
memberi perubahan warna dalam larutan, tapi perubahan wama terjadi pada
permukaan endapan. Senyawa organik bewarna
yang digunakan untuk mengadsorbsi pada permukaan suatu endapan sehingga
mengubah struktur organiknya dan wama tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi
lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir pada endapan perak
disebut sebagai indikator adsorbsi.
(Day, 1998)
Ditemukan fakta bahwa
fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak
dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion
pada klorida jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorida.
Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorbsi primer dan dengan
demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif.
Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam
lapisan larut unruk terus menerus ditambahkan sampai ion perak berlebih, ion-ion
inilah akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel
menjadi bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk
lapisan sekunder (Day,
1998).
Metode fajans merupakan
indikator senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang
terbentuk selama titrasi argentometri
berlangsung. Indikator yang biasa digunakan yaitu indikator adsorbsi
diiododimetilfluoresen dan fluoresen. AgNO3
juga distandarisasi dengan NaC1 dengan menggunakan indikator fluoresein. Metode
ini disebut dengan metode fajans.
Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna (Day, 1998).
Tujuan
praktikum ini untuk mengetahui kadar NaCl yang terkandung dalam sampel seperti pocari
sweat, telur asin, ikan teri, ikan peda dan terasi.
BAHAN DAN METODE
Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan yaitu bulb, botol
gelap, beaker glass, buret 50 mL, buret 100 mL, corong, erlenmeyer 100
mL, labu ukur 100 mL, neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur 10 mL dan ruang
asam.
Bahan yang digunakan yaitu AgNO3,
akuades, HNO3 6N, ikan peda, ikan teri, indikator FAS, K2CrO4
5%, KCl, NH4CNS, pocari sweat, telur asin dan terasi.
Standarisasi
AgNO3 terhadap KCl (Cara Mohr)
Dipipet larutan KC1 0,02 N ke dalam
erlenmeyer 100 mL kemudian ditambahkan 15 mL akuades dan 0,5 ml indikator K2CrO4
5% 3. Laritan dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi kekeruhan warna
merah, dicatat volume AgNO3 yang terpakai dan dilakukan duplo.
Selanjutnya dihitung normalitas AgNO3 dengan cara:
Standarisasi
AgNO3 terhadap NH4CNS (Cara Volhard )
Dipipet larutan AgNO3 0,1 N
ke dalam erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 15 mL akuades dan 1 mL indikator FAS
(Ferri Amonium Sulfat). Kemudian ditambahkan 5 mL HNO3 6 N, dan dititrasi dengan NH4CNS sampai
terjadi kekeruhan (endapan) warna merah coklat, dicatat volume NH4CNS
0,1 N yang terpakai dan dilakukan duplo. Selanjutnya dihitung normalitas AgNO3
dengan cara:
Penentuan
Kadar NaCl dalam Sampel Cara Mohr
Ditimbang dengan teliti 1 gram sampel
yang telah dikeringkan dan dihaluskan lalu dipindahkan ke labu ukur 100 mL,
ditambahkan akuades sambil dikocok, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda
batas. Kemudian disaring larutan tadi ke dalam erlenmeyer. Dipipet filtrat
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 mL. Selanjutnya ditambahkan
indikator K2CrO4 5% 10 tetes dan dititrasi dengan AgNO3
sampai terjadi kekeruhan warna merah, dicatat volume AgNO3 yang
terpakai dan dilakukan duplo. Selanjutnya dihitung kadar NaC1 dalam sampel
dengan cara:
Penentuan
Kadar NaCl dalam Sampel Cara Volhard
Ditrnbang dengan teliti 1 gram sampel
yang telah dikeringkan dan dihaluskan lalu dipindahkan ke labu ukur 100 mL,
ditambahkan akuades sambil dikocok, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda
batas. Kemudian disaring larutan tadi ke dalam erlenmeyer. Dipipet filtrat
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 mL. Selanjutnya
ditambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 15 mL lalu dikocok selama 2
menit, ditambahkan 15 mL akuades dan 1 mL indicator FAS (feri arnmonium
sulfat). Ditambahkan 5 mL HNO3 6N, lalu titrasi dengan NH4CNS
sampai terjadi perobahan warna merah coklat, dicatat volume NH4CNS
0,1 N yang terpakai dan dilakukan duplo. Dilakukan pada blanko dan dihitung
kadar NaCl dalam sampel dengan cara:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel
1. Hasil Standarisasi AgNO3
terhadap KCl 0,1 N (Cara Mohr)
No
|
V AgNO3 (mL)
|
N AgNO3
|
1
|
10.5
|
0.01905
|
2
|
10.4
|
0.01923
|
3
|
10.5
|
0.01905
|
4
|
10.5
|
0.01905
|
Rata2
|
10.475
|
0.019095
|
Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan normalitas AgNO3
sebesar 0.019095 N.
Pada titrasi metode mohr
ini terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
2Ag+ + CrO42- → AgCrO4 ↓
(Day, 1998)
AgNO3 dengan Cl-
bereaksi membentuk endapan AgCl. Kelebihan setetes Ag+ ini akan
membentuk endapan merah bata (AgCrO4) dengan indikator K2CrO4
sehingga dapat dideteksi titik akhirnya melalui titrasi ini. Titrasi
metode Mohr ini merupakan titrasi secara langsung karena sampel yakni Cl-
dititrasi secara langsung dengan AgNO3.
Berdasarkan MSDS, AgNO3
beracun, berbahaya, korosif.
menyebabkan luka bakar pada setiap jaringan tubuh, bisa fatal jika tertelan,
berbahaya jika dihirup, oksidator kuat. dapat menyebabkan kebakaran apabila
kontak dengan bahan lain. Dikarenakan AgNO3 merupakan oksidator kuat
maka ia sangat mudah tereduksi, oleh karena itu konsentrasinya tidak stabil dan
harus dilakukan standarisasi sebelum penggunaan larutan AgNO3 ini.
Berdasarkan MSDS, KCl ini
merupakan bahan yang stabil dan larut sempurna dalam air sehingga dapat
digunakan sebagai standar primer untuk menetapkan AgNO3 ini. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standar primer (Sukmariah, 2000).
Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar NaCl
dalam Sampel (Cara Mohr)
Kel.
|
Sampel
|
V AgNO3 (mL)
|
W sampel (mg)
|
W NaCl (mg)
|
ppm
|
Rata-rata ppm
|
Kadar (%)
|
Rata-rata (%)
|
1A
|
Pocari
|
0.6
|
5000
|
0.6695
|
93736.5912
|
101547.9738
|
9.3737
|
10.1548
|
1B
|
0.7
|
0.7811
|
109359.3564
|
10.9359
|
||||
2A
|
Telur Asin
|
2.2
|
1009
|
2.4550
|
24331.07988
|
23778.10079
|
2.4331
|
2.3225
|
2B
|
2.1
|
2.3434
|
23225.1217
|
2.3225
|
||||
2C
|
2
|
2.2318
|
22119.1635
|
2.2119
|
||||
3A
|
Ikan Teri
|
17.7
|
1000
|
19.7516
|
197516.3886
|
199748.2122
|
19.7516
|
19.9748
|
3B
|
18.1
|
20.1980
|
201980.0358
|
20.1980
|
||||
4A
|
Ikan Peda
|
15
|
1000
|
16.7387
|
167386.77
|
169060.6377
|
16.7387
|
16.9061
|
4B
|
15.3
|
17.0735
|
170734.5054
|
17.0735
|
||||
5A
|
Terasi
|
9.5
|
1002
|
10.6011
|
105800.021
|
105800.021
|
10.5800
|
10.5800
|
5B
|
9.5
|
10.6011
|
105800.021
|
10.5800
|
Sebelum melakukan titrasi sampel terlebih dahulu
diencerkan agar saat titrasi tidak terlalu menggunakan penitar yang terlalu
banyak karena bila tidak diencerkan konsentrasi larutan tersebut menjadi tinggi
sehingga memerlukan banyak penitar. Sampel kebanyakan berbentuk padatan yang
sulit larut dalam air sehingga harus disaring terlebih dahulu saat akan
melakukan titrasi. Filtrat yang telah disaring dengan kertas saring kemudian
dititar, bila masih terdapat padatan menyulitkan proses pemipetan yang dapat
berakibat tersumbatnya pipet oleh karena itu dilakukan proses penyaringan pada
sampel.
Menurut
BPOM RI (2006), definisi minuman isotonik adalah minuman formulasi yang
ditunjukan untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit dan mineral tubuh
dengan cepat. Sehingga minuman ini dapat diserap oleh tubuh setelah diminum.
Sementara itu, berdasarkan SNI No. 01-4452 tahun 1998 minuman isotonik
didefinisikan sebagai salah satu produk minuman ringan karbonasi atau
nonkarbonasi untuk meningkatkan kebugaran, yang mengandung gula, asam sitrat,
dan mineral.
Berdasarkan
SNI 01-0222-1995 tentang bahan tambahan pangan, beberapa bahan tambahan pangan
yang diizinkan penggunaannya adalah pengatur keasaman, pemanis buatan,
pengawet, antioksidan, pewarna, dll. Bahan tambahan pangan yang digunakan dalam
pocari sweat memenuhi persyaratan ini.
Kadar
Natrium yang diperbolehkan dalam minuman isotonik menurut SNI 01-4452-1998
adalah sebesar 800-100 mg/kg (ppm). Namun berdasarkan hasil titrasi didapatkan
kadar NaCl dalam pocari sweat sebesar 101547.9738 ppm atau
kadar Natriumnya sebesar:
Hasil
ini sangat jauh dari standar, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
diantaranya kesalahan titik akhir titrasi, larutan yang kurang homogen dan
peralatan yang dipakai kurang bersih seperti erlenmeyer, pipet, dan lainnya.
Pada
sampel pocari sweat, sampel ini bersifat asam berdasarkan yang tercantum
pada website pocari.co.id. Menurut Day, 1998 pada cara Mohr kondisi titrasinya
harus netral karena jika asam yang terjadi adalah reaksi:
yang menyebabkan konsentrasi CrO42- berkurang
sehingga mempengaruhi titik akhir titrasi.
Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4277-1996
yang
mensyaratkan kadar garam pada telur asin minimal 2%. Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan hasil 2.3225% yang artinya memenuhi standar SNI.
Menurut
Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-2721-1992 yang mensyaratkan kadar
garam pada ikan asin tidak lebih dari 20%, sehingga masih aman untuk
dikonsumsi. Standar Nasional Indonesia mensyaratkan kadar garam pada ikan asin
tidak lebih dari 20% karena kadar garam yang tinggi dapat memicu timbulnya
hipertensi.
Pada
ikan teri kadar NaClnya sebesar 19,97%, pada ikan peda kadar NaClnya sebesar
16,91%. Berdasarkan hasil praktikum pada ikan teri dan ikan peda hasilnya
memenuhi SNI.
Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2716-2016 yang
mensyaratkan kadar garam pada terasi udang 12%-20%. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan kadar NaCl dalam terasi sebesar 10.58%. Hal ini artinya kadar NaCl
kurang dari standar, tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena kadar NaCl
yang tinggi dapat menyebabkan hipertensi, hanya saja mengurangi mutu dan cita
rasa terasi karena kurang dari standar.
Tabel 3. Hasil Standarisasi AgNO3 terhadap NH4CNS 0,1 N
(Cara Volhard)
No
|
V NH4CNS (mL)
|
N NH4CNS
|
1
|
10.5
|
0.021
|
2
|
10
|
0.02
|
3
|
10.4
|
0.0208
|
4
|
10.4
|
0.0208
|
Rata2
|
10.325
|
0.02065
|
Berdasarkan hasil standarisasi didapatkan
normalitas AgNO3 sebesar 0.02065 N.
Pada titrasi cara Volhard
ini terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
Ag+ sisa + CNS- → AgCNS ↓
CNS- + Fe3+ → Fe(CNS)2+ merah
(Day, 1998)
Titrasi metode Vohard
merupakan titrasi tidak langsung karena sampel (Cl-) tidak langsung
bereaksi dengan penitarnya yakni NH4CNS sehingga diperlukan blanko
untuk mengetahui konsentrasi Ag+ berlebih yang ditambahkan sehingga
konsentrasi Cl- dapat diketahui. Berdasarkan reaksi perubahan yang
terjadi yaitu saat ditambahkan Ag+ berlebih terbentuk endapan AgCl
yang bewarna putih. Selanjutnya kelebihan Ag+ dititrasi oleh NH4CNS
menjadi endapan AgCNS bewarna putih. Kelebihan satu tetes CNS- ini
dengan Fe3+ akan bereaksi menjadi Fe(CNS)2+ yang bewarna
merah sehingga digunakan indikator FAS sebagai indikatorrya.
Namun pada metode Volhard
ini mempunyai dua kesetimbangan selama penitrasian:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
Ag+ sisa + CNS- → AgCNS ↓
Kelarutan AgCl>AgCNS sehingga terjadi reaksi:
AgCl + CNS- → AgCNS ↓ + Cl-
Reaksi ini menyebabkan kadar Cl- rendah sehingga seharusnya
ditambahkan nitrobenzena. Nitrobenzena ini akan membentuk suatu salut minyak
pada permukaan AgCl, sehingga menghindari adanya reaksi dengan tiosianat.
Selain dengan ditambahkan nitrobenzena dapat juga dilakukan dengan cara
menyaring endapan AgCl atau endapan AgCl dikoagulasi dengan pemanasa, setelah
dingin disaring baru dititrasi.
Akan tetapi dalam penetapan bromida dan iodida dengan metode volhard
secara tak langsung ini, reaksi dengan tiosianat tidak menimbulkan kesulitan
karena AgBr hampir mempunyai kelarutan yang sama dengan AgSCN, dan untuk AgI
kelarutannya lebih rendah dari AgSCN.
Suasana asam diperlukan untuk melakukan titrasi mertde Volhard ini
sehingga ditambahkan HNO3 pada saat sebelum titrasi. Suasana asam
diperlukan untuk menghindari hidrolisis indikator Fe3+. Bila
terhidrolisis akan terjadi reaksi:
Fe3+ +H2O → Fe(OH)3
Dalam pengerjaan suatu titrasi harus dilakukan duplo untuk mengetahui
apakah titrasi yang kita lakukan sudah tepat atau belum, hal ini dapat
diketahui dengan selisih titrasi yang tidak berbeda jauh. Apabila selisih
titrasinya jauh seharusnya dilakukan pengulangan kembali untuk mengetahui hasil
titrasi yang sesungguhnya.
Berdasarkan MSDS, NH4CNS ini termasuk ke dalm bahan yang
stabil dan larut sempurna dalam air sehingga NH4CNS dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi pada larutan AgNO3.
Tabel 4. Hasil
Penetapan Kadar NaCl dalam Sampel (Cara Volhard)
Kel.
|
Sampel
|
V AgNO3 (mL)
|
W sampel (mg)
|
W NaCl (mg)
|
ppm
|
Rata-rata ppm
|
Kadar (%)
|
Rata-rata (%)
|
6A
|
Pocari
|
14.80
|
5000
|
5.3099
|
743380.176
|
743380.176
|
74.3380
|
74.3380
|
6B
|
||||||||
7A
|
Telur Asin
|
2.20
|
1009
|
20.5154
|
203323.7066
|
209303.8157
|
20.3324
|
20.9304
|
7B
|
1.20
|
21.7221
|
215283.9247
|
21.5284
|
||||
8A
|
Ikan Teri
|
0.20
|
1000
|
22.9289
|
229289.34
|
228082.554
|
22.9289
|
22.8083
|
8B
|
0.40
|
22.6876
|
226875.768
|
22.6876
|
||||
9A
|
Ikan Peda
|
10.80
|
1000
|
10.1370
|
101370.024
|
129027.3431
|
10.1370
|
13.0333
|
9B
|
6.00
|
15.9296
|
159295.752
|
15.9296
|
||||
10A
|
Terasi
|
11.00
|
1002
|
9.8956
|
98758.93413
|
99963.31138
|
9.8759
|
9.9963
|
10B
|
10.80
|
10.1370
|
101167.6886
|
10.1168
|
Kadar Natrium yang diperbolehkan dalam minuman
isotonik menurut SNI 01-4452-1998 adalah sebesar 800-100 mg/kg (ppm). Namun
berdasarkan hasil titrasi didapatkan kadar NaCl dalam pocari sweat sebesar
743380.176 ppm atau kadar Natriumnya sebesar:
Hasil
ini sangat jauh dari standar, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
diantaranya kesalahan titik akhir titrasi, larutan yang kurang homogen dan peralatan
yang dipakai kurang bersih seperti erlenmeyer, pipet, dan lainnya.
Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4277-1996
yang
mensyaratkan kadar garam pada telur asin minimal 2%. Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan hasil 20.9304% yang artinya memenuhi standar SNI.
Menurut
Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-2721-1992 yang mensyaratkan kadar
garam pada ikan asin tidak lebih dari 20%. Pada ikan teri kadar NaClnya sebesar 22.81% yang
artinya kadar NaClnya tidak memenuhi standar karena terlalu tinggi. Pada ikan
peda didapatkan kadar NaCl sebesar 13.03% yang artinya kadarnya memenuhi
standar SNI.
Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2716-2016 yang
mensyaratkan kadar garam pada terasi udang 12%-20%. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan kadar NaCl dalam terasi sebesar 9.99%. Hal ini artinya kadar NaCl
kurang dari standar, tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena kadar NaCl
yang tinggi dapat menyebabkan hipertensi, hanya saja mengurangi mutu dan cita
rasa terasi karena kurang dari standar.
Dari
hasil penentuan kadar NaCl dalam sampel baik itu metode Mohr maupun metode
Volhard didapatkan hasil konsentrasi yang tidak begitu jauh hal ini dikarenakan
tujuan metode ini untuk menentukan konsentrasi halida. Perbedaannya hanya pada
cara Mohr menggunakan titrasi secara langsung yakni sampel dititrasi secara
langsung oleh penitar, sedangkan pada cara Volhard sampel tidak langsung
dititrasi oleh penitar namun direaksikan dahulu dengan Ag+ kemudian
kelebihan Ag+ ini dititrasi oleh NH4CNS sehingga hasilnya
tidak begitu jauh.
Menurut
Day, 1998 metode Mohr hanya dapat menetapkan Cl- dan Br- sedangkan
metode Volhard dapat menetapkan Cl-, Br-, I-,
SCN-, AsO43-, CN-, CO32-,
S2-, C2O42-, CrO42-,
dan Ag+.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum titrasi pengendapan, standarisasi AgNO3
cara Mohr sebesar 0.019095 N sedangkan pada cara
Volhard sebesar 0.02065 N. Pada penentuan kadar NaCl dalam
sampel cara Mohr didapatkan hasil pada pocari sweat sebesar 10.15%,
telur asin 2.32%, ikan teri 19,97%, ikan peda 16,91% dan terasi 10.58%. Pada penentuan kadar NaCl dalam sampel cara Volhard didapatkan hasil pada pocari
sweat sebesar 74.34%, telur asin 20.93%, ikan teri 22.81%, ikan peda 13,03%
dan terasi 9.99%.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kategori Pangan No. HK:00.05.52.4040. Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2721-1992 Tentang Ikan Asin Kering. BSN,
Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan.
BSN, Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 1996. SNI 01-4277-1996 tentang Telur Asin. BSN,
Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-4452-1996 tentang Syarat Mutu Minuman
Isotonik. BSN, Jakarta.
Badan
Standardisasi Nasional. 2016. SNI 01-2716-2016 tentang Terasi Udang. BSN,
Jakarta.
Day,
R. A dan A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga, Jakarta.
Rivai,
Harrizal. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Salosa,
Y. Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam, dan Total Bakteri Ikan Asin
Tenggiri Asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Available at:
http://jurnal.unsyiah.ac.id/ (diakses pada 12 November 2017)
Skoog,
Douglas A., dkk.. 1994. Principles of Analysis, 4th ed. Saunders
College Publishing.
Sukmariah. 2000. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa
Aksara, Jakarta.
Widyani, R. dan Suciyaty, T. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Swagati
Press, Cirebon.
PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya
Tidak ada komentar: