Karakteristik Bahan Pangan



ABSTRACT
Physical characteristics of food is one of the important things beside the chemical properties and biochemical properties. Each food has different physical characteristics. These characteristics can be obtained from measurements and shape after that calculate: dimensions (a, b, c), shape, bulk volume, grain volume, surface area, sphericity, density, water holding capacity (WHC) and the optical density. Some of the samples used in the test characteristics of food material is a solid material (rice, corn, green beans, soya beans and red beans), a semi-solid material (jelly) and the liquid ingredients (water, tea, milk, juice and soda).
Key words: characteristics, food material, shape, size

ABSTRAK
Karakteristik fisik bahan pangan adalah salah satu sifat bahan pangan yang penting disamping sifat bahan kimia dan sifat biokimianya. Setiap bahan pangan memiliki karakterisitik fisiknya masing-masing. Karakteristik bahan pangan diperlukan pula untuk pengembangan produk agar dihasilkan produk pangan yang lebih baik. Karakteristik bahan pangan ini sangat erat hubungannya dengan tekstur, dengan mengetahui karakteristik bahan pangannya maka tekstur bahan pangan dapat dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Karakteristik tersebut dapat diperoleh dari pengukuran-pengukuran dan bentuknya sehingga dapat dihitung dimensi (a,b,c), bentuk, volume bulk, volume butiran, luas permukaan, spherisitas, densitas, water holding capacity (WHC) dan optical density. Beberapa sampel yang digunakan dalam pengujian karakteristik bahan pangan yaitu bahan padat (beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai dan kacang merah), bahan semi padat (jelly) dan bahan cair (air, teh, susu, sari buah dan soda).
Kata kunci: bahan pangan, bentuk, karakteristik, ukuran


PENDAHULUAN

Bahan-bahan pangan memiliki karakter fisik yang berbeda-beda, terdiri dari berbagai macam bentuk, ukuran dan warna. Dari perbedaan secara fisik tersebut, tentu akan dicari aapa yang membedakannya dengan karakteristik kimia dan karakteristik fungsional. Karakteristik fisik berhubungan dengan geometri, seperti bentuk dan ukuran bahan pangan yang dinyatakan dengan agak bulat, agak lonjong, lebih besar dan sebagainya. (Nurhadi, 2010)
Karakter fisik sangat menentukan kualitas bahan pangan setelah sampai ke konsumen. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Selain itu, mengetahui karakteristik fisik bahan pangan juga penting untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin. (Nurhadi, 2010)
Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak. Manusia memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan kehidupannya, misalnya untuk membangun sel-sel tubuh dan menjaga agar tubuh sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya (Winarno, 1993).
Pengukuran panjang, lebar, dan diameter digunakan pada banyak produk, khususnya dimana keseragaman dari ukuran penting, atau ketika pembatasan ditentukan pada ukuran minimum atau maksimum. Banyak kemudahan tujuan yang tersedia untuk setiap pengukuran, umumnya dengan penggaris lurus. Untuk pengukuran lebih akurat dengan mikrometer (Batjer and Rodgers, 1954).
Perbandingan dari panjang ke lebar, atau tinggi ke diameter dapat digunakan untuk karakter bentuk unit dari produk atau secara keseluruhan sebagai contoh, tomat kaleng akan mempunyai perbandingan tinggi serta diameter yang lebih panjang dibandingkan dengan tomat kaleng yang sudah dihancurkan (Kimball and Kertesz, 1952).
Berat dapat dibedakan sebagai berat total, berat rata – rata, berat per unit, presentasi dari unit di bawah atau di atas tergantung pemberian serat dan sebagainya. Pada umumnya aplikasi dari pengukuran berat adalah untuk pengisian berat, atau pemindahan berat dari kontainer. Pada suatu keadaan, individual unit jarang diukur tetapi jumlah lebih baik dari tiruan kontainer seperti kaleng, karton, jars, dan sebagainya (Grant, 1946)
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. (Khopkar, 2010)
Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu. Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal. Semakin banyak zat terlarut akan menyerap panjang gelombang tertentu lebih besar. Dengan demikian perbedaan serapan sinar menunjukkan intensitas zat terlarut yang diukur. Ada hubungan antara penyerapan sinar atau panjang gelombang tertentu denan konsentrasi larutan. Besarnya sinar yang diserap larutan disebut Optical Density (OD) atau nilai absorbansi (Suyitno, 2008).
Optical Density atau sering disebut juga kekeruhan adalah jumlah cahaya atau sinar  yang dihamburkan dan diserap oleh sel dalam suatu larutan. Sebagian sinar yang tidak terserap merupakan sinar yang dilewatkan (transmit), disebut nilai transmitan (Suyitno, 2008).


METODELOGI

Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum “Karakteristik Fisik Bahan Pangan” meliputi bahan padat, bahan semi padat, dan bahan cair. Sampel bahan padat berupa biji-bijian yaitu beras, jagung, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang merah. Sampel jenis semi padat adalah jelly, juga jeruk yang akan dihitung luas permukaannya. Sampel bahan cair yang digunakan yaitu lima jenis minuman yang diberi label yaitu air, teh, susu, sari buah dan soda. Bahan lainnya selain sampel yang diperlukan adalah lilin, penghapus dan kertas saring.
Selain itu digunakan beberapa alat sebagai penunjang praktikum kali ini yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur, neraca analitik, beaker glass, gunting, hotplate, pinset, piknometer, kuvet dan spektrofotometer.

Ukuran dan Bentuk Bahan Pangan Padat
Sampel diambil sebanyak 5 butir. Sampel diukur  diameter mayor (a), diameter minor (c), dan intermediate (b). Mengukur sampel digunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong. Untuk skala yang lebih teliti, digunakan mikrometer sekrup. Kemudian pengukuran yang didapatkan dari 2 jenis alat pengukur dijumlah dan dibagi 5 (banyak sampel) untuk mendapatkan rata-ratanya.

Volume Butiran dan Volume Bulk
Untuk mengukur Volume Bulk (berat suatu massa benda padat per massa jenis). Pertama-tama, timbang 20 butir (biji-bijian) di neraca analitik. Setelah itu, dimasukan air sebanyak 2 mL ke dalam gelas ukur, kemudian diukur dan dicatat hasilnya.
Untuk mengukur volume butiran, masukan 5 mL toluen ke dalam gelas ukur kemudian masukan 20 butir biji-bijian ke dalam gelas ukur, dan dihitung kenaikan volumenya dan dicatat hasil volumenya.
Keterangan:
V2 = Volume setelah biji dimasukkan
V1 = Volume awal sebelum biji dimasukkan
Volume Biji-Bijian (Metode Prediksi)
Mengukur volume biji-bijian dengan metode prediksi hitung menggunakan rumus sesuai dengan bentuk biji-bijian yang telah diamati sebelumnya.

Luas permukaan dan Luas Permukaan Spesifik
            Hitung menggunakan rumus sesuai dengan bentuk biji-bijian yang telah diamati sebelumnya.


Luas Permukaan dan Luas Permukaan Spesifik (Metode Percobaan)
            Disiapkan 3 butir biji-bijian dan penghapus lalu ditimbang berat awal dari biji-bijian dan penghapus. Setelah itu biji-bijian dan penghapus dilapisi dengan lilin. Setelah dilapisi lilin, biji-bijian dan penghapus ditimbang kembali. Terakhir dihitung luas penghapus dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
Lp= Luas permukaan penghapus
Sp= Selisih setelah dan sebelum coating penghapus
Lb= Luas permukaan biji
Sb= Selisih setelah dan sebelum coating biji

Luas Permukaan (millimeter block)
Ada beberapa jenis bahas pangan yang memiliki kulit, maka dari itu luas permukaannya dapat langsung dihitung menggunakan millimeter block. Sampel jeruk dikupas secara hati-hati agar tidak putus kulitnya. Kemudian dijiplak kulit jeruk tersebut dengan millimeter block untuk mendapatkan luas permukaan jeruk.

Spherisitas
            Spherisitas adalah rasio volume padatan terhadap volume bulatan yang memiliki diameter setara dengan diameter mayor dari objek. Menghitung spherisitas dapat menggunakan rumus:

Densitas Biji-Bijian
a.                   Densitas Bulk
Diambil gelas ukur dan ditimbang beratnya, lalu dimasukkan 20 butir biji-bijian dan ditimbang kembali kemudian dicatat. Densitas bulk didapat dengan menggunakan rumus:

b.        Densitas Partikel
Untuk mencari densitas partikel, gelas ukur beserta 20 butir biji-bijian tadi diisi dengan toluen dan dicatat beratnya kembali. Densitas partikel didapat dengan menggunakan rumus:


Pengukuran Water Holding Capacity (WHC) Bahan Pangan Semi-Solid
            Pertama-tama diukur diameter jelly (LD/Lingkar Dalam). Dibuka kemasan jelly, diambil jelly, ditimbang dan diletakkan diatas kertas saring, setelah itu diletakkan di udara terbuka dan dbiarkan selama 30 menit. Digunting area basah pada kertas saring, djiplak pada millimeter block dan dihitung luasnya, ditimbang kembali jelly tadi, kemudian dinyatakan dalam LL(Lingkar luar), dan hitung area basah (Selisih LL-LD) dengan rumus:

Pengukuran Densitas Bahan Cair
Disiapkan piknometer kosong dan ditimbang beratnya. Piknometer diisi dengan sampel hingga penuh, ditutup dan ditimbang kembali. Berat piknometer yang berisi cairan sampel dicatat. Densitas sampel cair didapat dengan menggunakan rumus:


Pengukuran Optical Density Bahan Cair
Disiapkan sampel cairan. Sampel dimasukan ke dalam kuvet hingga tanda batas. Kuvet dimasukan ke dalam spektrofotometer. Absorbansi sampel yang terukur dicatat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran dan Bentuk Bahan Pangan Padat
Tabel 1. Ukuran dan Bentuk Bahan Pangan Padat
Sampel
Jangka sorong (mm)
Mikrometer sekrup (mm)
a
b
c
a
b
c
Beras 1
6,39
2,08
1,54
6,27
2,53
2,12
Beras 2
6,73
1,96
1,34
6,49
2,33
1,22
Jagung 1
8,95
7,48
4,20
9,08
7,07
3,88
Jagung 2
7,68
6,96
4,38
7,60
6,65
4,18
Kacang Hijau 1
4,78
3,68
3,64
5,07
3,89
3,78
Kacang Hijau 2
4,86
3,64
3,69
4,68
3,45
3,54
Kacang Kedelai 1
7,38
6,73
6,45
7,86
7,12
6,69
Kacang Kedelai 2
6,30
5,40
4,73
5,46
5,36
5,46
Kacang Merah 1
17,25
8,29
6,71
17,40
8,612
6,984
Kacang Merah 2
16,10
8,23
6,50
17,44
8,92
6,55
(Sumber: Hasil pengamatan kelas B)
Hasil dari setiap sampel berbeda-beda, karena ukuran tiap sampel berbeda-beda pula. Diameter mayor (a) merupakan diameter yang paling panjang dalam suatu sampel. Diameter minor (b) merupakan diameter yang tegak lurus dengan a, dan intermediet merupakan lebarnya.
Bentuk sampel diperhatikan, semakin sampel mendekati bentuk bulat seperti bola maka bentuknya ialah oblate spheroid.

Volume Butiran, Volume Bulk dan Volume Biji-bijian
Tabel 2. Volume Butiran, Volume Bulk dan Volume Biji-bijian
Sampel
Volume Bulk (mL/g)
Volume Butiran (mL/butir)
Volume biji-bijian (mm3)
Beras 1
2,4160
0,025
20,93
Beras 2
1,3894
0,001
18,44
Jagung 1
1,7458
0,400
30,52
Jagung 2
1,8034
0,100
65,21
Kacang Hijau 1
1,8565
0,200
52,466
Kacang Hijau 2
1,2290
0,05
29,20
Kacang Kedelai 1
1,6359
0,150
211,07
Kacang Kedelai 2
2,3200
0,150
83,68
Kacang Merah 1
1,9367
0,600
675,29
Kacang Merah 2
1,9007
0,250
715,56
(Sumber: Hasil pengamatan kelas B)
Semakin besar ukuran suatu sampel maka semakin besar pula volumenya. Beras memiliki volume yang paling kecil dari data dan kacang merah memiliki volume yang paling besar, karena berdasarkan ukuran kasat mata juga, beras ukurannya paling kecil dibandingkan sampel lain yaitu sebesar dan kacang merah ukurannya paling besar dibandingkan sampel lain pula.
Pada volume biji-bijian digunakan rumus yang berbeda untuk bentuk yang berbeda, jadi hal pertama yang harus dilakukan sebelum menghitung volume biji-bijian adalah menentukan bentuknya terlebih dahulu, apakah prolate spheroid atau oblate spheroid.
Perbedaan data terjadi karena sampel yang digunakan juga pemilihan butirnya berbeda-beda serta individu yang mengerjakannya berbeda pula.

Luas Permukaan dan Luas Permukaan Spesifik
Tabel 3. Luas Permukaan dan Luas Permukaan Spesifik
Sampel
Prediksi (mm2)
Percobaan (mm2)
Beras 1
77,52
189,94
Beras 2
156,48
1115,1808
Jagung 1
25322,87
862,38
Jagung 2
18450,86
862,385
Kacang Hijau 1
198,55
395,258
Kacang Hijau 2
6612,12
155,964
Kacang Kedelai 1
677,5
956
Kacang Kedelai 2
260,51
561,116
Kacang Merah 1
65854,21
2800,5
Kacang Merah 2
8226,675
8397,964
Sumber: Hasil pengamatan kelas B
Hasil luas permukaan antara yang metode prediksi dan metode percobaan sangatlah jauh. Banyak faktor yang mempengaruhinya mulai dari kesalahan saat percobaan atau pun kesalahan saat menghitungnya. Selain itu luas permukaan prediksi masih hanya mengira-ngira bukan luas permukaan yang sebenarnya.
Luas permukaan terbesar adalah kacang merah dan luas permukaan terkecil adalah beras. Luas permukaan yang terbesar dan yang terkecil pun masih dapat dilihat oleh kasat mata karena ukuran tiap sampel terlihat jelas bedanya.

Luas Permukaan (millimeter block)
Luas Permukaan kulit jeruk: 142 cm2
Luas permukaan jeruk diambil dari kulitnya untuk menghitung luas permukaannya, jeruk dikupas secara hati-hati tanpa terputus lalu mencetaknya ke milimeter blok untuk menghitung luasnya secara manual, karena jeruk tidak berbentuk bola sempurrna sehingga untuk menghitung luas permukaannya secara tepat tidak dapat menghitungnya dengan rumus luas permukaan bola karena bentuk jeruk yang tidak bola sempurna.

Spherisitas
Tabel 4. Spherisitas
Sampel
Spherisitas (mm)
Beras 1
0,5143
Beras 2
0,407
Jagung 1
0,693
Jagung 2
0,784
Kacang Hijau 1
0,8316
Kacang Hijau 2
0,8231
Kacang Kedelai 1
0,9167
Kacang Kedelai 2
0,993
Kacang Merah 1
0,5835
Kacang Merah 2
0,573
Sumber: Hasil pengamatan kelas B
Spherisitas adalah rasio volume padatan terhadap volume bulatan yang memiliki diameter setara dengan diameter mayor dari obyek. Spherisitas yang mendekati 1 artinya objek tersebut memiliki bentuk yang mendekati bentuk bola sempurna.
Berdasarkan hasil praktikum nilai spherisitas yang paling tinggi dimiliki oleh kacang kedelai dan nilai spherisitas yang paling rendah dimiliki oleh beras. Dari kasat mata dapat dilihat bahwa kacang kedelai memiliki bentuk bulat yang artinya diameter mayornya tidak begitu jauh ukurannya dibandingkan diameter minornya, sedangkan beras bentuknya lonjong cenderung pipih yang artinya diameter mayornya sangat jauh dibandingkan diameter minorrya.

Densitas Biji-Bijian
Tabel 5. Densitas
Sampel
Densitas bulk(g/mL)
Densitas partikel (g/mL)
Beras 1
0,0155
0,017
Beras 2
0,071972
2,298875
Jagung 1
0,649
1,48
Jagung 2
0,05445
0,05898
Kacang Hijau 1
0,08861
0,09823
Kacang Hijau 2
0,01308
0,01559
Kacang Kedelai 1
0,07338
0,08043
Kacang Kedelai 2
0,031
0,0268
Kacang Merah 1
0,52426
4,369
Kacang Merah 2
0,505088
4,369
(Sumber: Hasil pengamatan kelas B1)
Setiap sampel mempunyai densitasnya masing-masing yaitu berat per volume dari suatu objek. Sehingga dalam volume yang sama masing-masing objek memiliki berat yang berbeda-beda. Dilihat dari data densitas partikelnya maka densitas yang terbesar dimiliki oleh kacang merah dan densitas yang terkecil dimiliki oleh beras pada kelompok B1, sedangkan densitas yang terbesar dimiliki oleh kacang merah dan densitas yang terkecil dimiliki oleh kacang hijau pada kelompok B2. Jika dirata-ratakan  densitas yang terbesar dimiliki oleh kacang merah dan densitas yang terkecil dimiliki oleh kacang hijau
Densitas partikel yang diambil karena densitas partikel mempunyai keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan densitas kamba. Densitas kamba adalah massa jenis yang dihitung secara kotor karena volume yang dipakai adalah volume total gelas ukur bukan kenaikan volume seperti pada densitas partikel.
Perbedaan data terjadi karena sampel yang digunakan juga pemilihan butirnya berbeda-beda serta individu yang mengerjakannya berbeda pula.

Pengukuran Water Holding Capacity (WHC) Bahan Pangan Semi-Solid
Tabel 6. Pengukuran WHC
Sampel
WHC
Okky Jelly
88,1%
Joe Jelly
79,46%
My Jelly
85,3%
Inaco
90,58%
Wong Coco
87,8%
Water Holding Capacity (WHC) adalah daya ikat air. Semakin banyak air bebas yang keluar maka semakin rendah WHCnya. WHC yang paling tinggi dimiliki agar merek “Inaco” sebesar 90,58% dan WHC yang paling rendah dimiliki agar merek “Joe Jelly” sebesar 79,46%.

Pengukuran Densitas Bahan Cair
Tabel 7. Densitas Bahan Cair
Sampel
Densitas Bahan Cair (g/cm3)
Air 1
0,99
Air 2
0,96
Teh 1
0,001
Teh 2
1,020
Susu 1
1,0047
Susu 2
1,0877
Sari Buah 1
0,96339
Sari Buah 2
1,07547
Soda 1
1,033
Soda 2
1,0339
(Sumber: Hasil pengamatan kelas B)
Setiap sampel mempunyai densitasnya masing-masing yaitu berat per volume dari suatu objek. Sehingga dalam volume yang sama masing-masing objek memiliki berat yang berbeda-beda. Dalam bahan cair semakin besar densitas suatu bahan cair maka semakin kental cairan tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum densitas bahan cair terbesar yaitu soda dan densitas bahan cair terkecil yaitu teh pada kelompok B1, sedangkan pada kelompok B2  densitas bahan cair terbesar yaitu susu dan densitas bahan cair terkecil yaitu air. Jika dirata-ratakan densitas bahan cair terbesar yaitu susu dan densitas bahan cair terkecil yaitu teh. Perbedaan data terjadi karena  individu yang mengerjakannya berbeda-beda.

Pengukuran Optical Density Bahan Cair
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik.
Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu. Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal. Semakin banyak zat terlarut akan menyerap panjang gelombang tertentu lebih besar. Dengan demikian perbedaan serapan sinar menunjukkan intensitas zat terlarut yang diukur. Ada hubungan antara penyerapan sinar atau panjang gelombang tertentu denan konsentrasi larutan. Besarnya sinar yang diserap larutan disebut Optical Density (OD) atau nilai absorbansi.
Optical Density atau sering disebut juga kekeruhan adalah jumlah cahaya atau sinar  yang dihamburkan dan diserap oleh sel dalam suatu larutan. Sebagian sinar yang tidak terserap merupakan sinar yang dilewatkan (transmit), disebut nilai transmitan (Suyitno, 2008).
Absorbansi merupakan banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh partikel-partikel dalam larutan  tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu.
     Jika cahaya yang bersifat monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan maka intensitas cahaya akan berkurang  sebanding dengan ketebalan konsentrasi larutan. Untuk terjadi proses absorbansi butuh senyawa standar. Bahan memiliki konsentrasi tertentu untuk dapat terjadi proses absorbansi. Bahan tidak boleh terlalu pekat sehingga harus diencerkan terlebih dahulu sebelum melakukan absorbansi. Untuk menemukan konsentrasi unsur logam dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai absorbs dengan absorbsi zat standar yang dikeruhi konsentrasinya.Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi adalah Spektorofotmeter. Aplikasi absorbansi ini digunakan untuk menganalisa kandungan bahan tertentu
Absorbansi juga mengacu pada rasio proporsional langsung (tidak logaritmik) atau merupakan selisih dari intensitas cahaya yang datang dengan yang dipantulkan dan diteruskan. Absorptansi total mengacu pada semua spektrum cahaya, sedangkan absorptansi spektral mengacu pada cahaya pada panjang gelombang tertentu. Absorbansi memperhitungkan semua yang tidak ditransmisikan, termasuk yang direfleksikan dan didispersikan, sedangkan absorptansi tidak memperhitungkan yang direfleksikan dan didispersikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum ukuran dan bentuk setiap sampel berbeda-beda, karena setiap bahan pangan mempunyai karakteristik fisiknya masing-masing. Volume biji-bijian terbesar yaitu kacang merah, dan volume biji-bijian yang terkecil yaitu beras. Luas permukaan terbesar adalah kacang merah dan luas permukaan terkecil adalah beras . Luas permukaan kulit jeruk menggunakan milimeter blok berdasarkan percobaan didapatkan hasil 142 cm2. Nilai spherisitas yang paling tinggi dimiliki oleh kacang kedelai dan nilai spherisitas yang paling rendah dimiliki oleh beras. Densitas yang terbesar dimiliki oleh kacang merah dan densitas yang terkecil dimiliki oleh kacang hijau. WHC terbesar dimiliki agar merek “Inaco” sebesar 90,58% dan WHC yang terkecil dimiliki agar merek “Joe Jelly” sebesar 79,46%. Densitas bahan cair terbesar yaitu susu dan densitas bahan cair terkecil yaitu teh.
Bahan pangan yang memiliki ukuran yang besar, cenderung memiliki luas permukaan dan volume yang besar pula seperti halnya pada kacang merah dibandingkan dengan sampel lainnya dan Bahan pangan yang memiliki ukuran yang kecil, cenderung memiliki luas permukaan dan volume yang kecil pula seperti halnya pada beras. Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu, sehingga optical density setiap bahan berbeda pula.

DAFTAR PUSTAKA

Batjer, L.P and Rodgers, B.L. 1954. How to make thinning scientific. Better Fruit 48.
Buckle, K.A.1985. Ilmu Pangan.           Universitas Indonesia. Jakarta.
Grant, E.L.1946. Statistical Quality Control.      Mc Graw-Hill Book Co. New York.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia  Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kimball, L.B., and Kertesz, Z.I. Practical determination of size distribution of  suspended particles in macerated        tomato product. Food Technology, 6, 68-71.
Kramer, A., and Twigg, B.A.1957. Size and Shape. Canner and Freezer 125, 18-21.
Nurhadi, Bambang, dan Siti Nurhasanah. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Widya 
          Padjajaran. Bandung.
Suyitno. 2008. Modul Pengayaan Materi Projek Pendamping SMA. Unoversitas   Negeri 
         Yogyakarta. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. 
        Jakarta.

PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.