Gravimetri




ABSTRACT

          Gravimetric analysis describes a set of methods used in analytical chemistry for the quantitative determination of an analyte (the ion being analyzed) based on its mass. Hydrate compounds are compounds that bind water molecules. Determination of the number of bonded hydrate molecules is carried out by heating the hydrated salt into an anhydrous salt containing no water. The purpose of this experiment is to calculate the amount of hydrate contained in the sample. Based on the result of the experiment, the amount of hydrate contained in CuSO4.5H2O was dry base of 7.7014 and wet basis of 4.9510.
Keywords: gravimetric, hydrate, mass, salt

PENDAHULUAN

Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar, 2003).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Metode gravimetri untuk analisis ini biasanya selalu didasarkan pada suatu reaksi kimia, seperti :
 aA  +  rR → AaRr
(Khopkar, 2003)
Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan r molekul R. Produknya AaRr, biasanya berupa zat yang sangat sedikit mudah larut, yang dapat ditimbang dalam keadaan sedemikian setelah pengeringan, atau dapat dipanggang menjadi senyawa lain yang susunannya diketahui, kemudian ditimbang (Khopkar, 2003).
Air merupakan senyawa serba guna yang berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dibumi. Hidrasi air adalah air yang terkandung dalam kristal, yaitu terikat pada ion atau molekul yang berbentuk kristal. Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung air disebut anhidrat. Misalnya CaO yang merupakan anhidrat basa  dari Ca(OH)2, sedangkan senyawa yang mengandung atau mengikat molekul air secara kimia sebagai bagian dari kisi kristalnya disebut senyawa hidrat. Misalnya BaCl2.2H2O molekul air yang terikat dalam hidrat disebut senyawa hidrat (Cotton dan Wilkilson, 1989).
Ada beberapa jenis senyawa hidrat diantaranya apabila diletakkan di udara terbuka akan melepaskan air atau menyerap air. Banyaknya air yang dilepaskan bergantung pada kelembapan udara, semakin tinggi kelembapan udara semakin tinggi pula air yang dilepaskan. Proses pelepasan air ini disebut efflorescence, sedangkan senyawa yang diletakkan di udara terbuka akan menyerap air, jika kondisi ini terus berlangsung maka senyawa tersebut akan mencair. Senyawa yang seperti itu disebut hygroskopis dan prosesnya disebut deliquescence, senyawa seperti ini dapat dijumpai pada kristal NaOH. Tidak hanya air di udara tetapi dapat juga menyerap air dari dalam larutan sehingga larutan tersebut bebas air. Senyawa tersebut dinamakan desicant atau zat pengering (Rohman, 2007).
          Persyaratan yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Jika tidak demikian hasil yang akan diperoleh akan salah. Pada umumnya dua hal yang perlu diingat pada penentuan faktor garvimetri; yaitu berat molekul analit yang merupakan pembilang dan berat zat yang ditimbang yang merupakan penyebut (Day dan Underwood, 1998).
Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk menghitung jumlah hidrat yang terkandung di dalam sampel.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan yaitu cawan porselen, desikator, krustang dan tanur.
          Bahan yang digunakan yaitu akuades, dan CuSO4.5H2O.

Prosedur
          Cawan porselen dipijarkan selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator selama 20 menit dan ditimbang hingga berat cawan porselen konstan. Ditimbang sampel CuSO4.5H2O ke dalam cawan porselen dan dipijarkan dalam tanur sampai sampel bewarna putih dan didinginkan sampel di dalam desikator selama 20 menit dan ditimbang cawan porselen+sampel hingga kostan. Rumus hidrat dapat dihitung dengan cara:
Keterangan:
X       = jumlah hidrat
Wa     = berat awal (gram)
Wb     = berat akhir (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN
         
          Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul molekul air. Molekul molekul air yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuan jumlah molekul hidrat yang terikat dilakukan dengan cara memanaskan garam terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat yang tidak mengandung air (Sunarya, 2010).
Penta dalam CuSO4.5H2O menyatakan banyaknya molekul airdalam CuSO4.5H2O empat molekul air diikat didekat tiap ion Cu2+ dan satu diikat dalam kristal antara ion-ion SO42- suatu garam-garam hidrat murni seperti CuSO4.5H2O nampak seperti kering ,tidak kelihatan lembab sama sekali, namun sering kali terdapat beda yang jelas antara garam anhidrat dan hidrasi,misalnya tembaga sulfat anhidrat CuSO4 berwarna putih sedangkan anhidratnya CuSO4.5H2O berwarna biru (Keenan, 1980). Oleh karena itu pada praktiku kali ini, pemanasan dalam tanur dilakukan sampai warna sampel berubah menjadi putih.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Hidrat
Kel
W cawan (gram)
Wcs
awal (gram)
Wcs
akhir (gram)
W sampel awal (gram)
W sampel akhir (gram)
W air menguap (gram)
Jumlah Hidrat Dry Basis
Jumlah Hidrat Wet Basis
1 dan 6
21.2164
22.2167
21.858
1.0021
0.6434
0.3587
7.7220
4.9596
2 dan 7
22.4402
23.4420
23.083
1.0018
0.6428
0.359
7.7429
4.9682
3 dan 8
22.3909
23.3949
23.036
1.0040
0.6451
0.3589
7.7131
4.9559
4 dan 9
22.8253
23.8261
23.469
1.0008
0.6437
0.3571
7.6911
4.9468
5 dan 10
21.7587
22.7595
22.404
1.0008
0.6453
0.3555
7.6377
4.9247
Rata-rata
7.7014
4.9510
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
      Senyawa CuSO4.XH2O dan BaCl2.XH2O merupakan 2 senyawa yang secara teori dapat melepaskan kristal air saat dipanaskan, hal ini karena kedua senyawa tersebut memiliki ikatan dengan kristal air. Penimbangan merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam praktikum, baik itu untuk alat ataupun bahan yang digunakan. Penimbangan dapat dilakukan secara berulang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan teliti (Suryanto, 1994). Maka dari itu penimbangan dilakukan hingga berat cawan porselen kontan agar didapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih teliti.

          Banyak garam dari senyawa-senyawa dengan jumlah mol air tertentu dikombinasikan dengan masing-masing mol garam.Senyawa hidrat dihubungkan sebagai air kristalisasi atau hidrasi. Senyawa seperti itu disebut hidrat. Garam hidrat biasanya bisa diubah pada anhidrat dengan pemanasan:
Garam Hidrat  →Garam anhidrat + air
(Hein, 1981)
          Dalam hal ini maka reaksi yang terjadi pada CuSO4.XH2O adalah:
CuSO4.XH2O → CuSO4 + X H2O
          Berdasarkan hukum Lavoiser yaitu hukum kekekalan massa artinya massa sebelum reaksi sama dengan setelah reaksi sehingga hidrat dapat dihitung dengan perbandingan mol pada reaksi diatas, mol didapatkan dari berat sampel sebelum dan sesudah dipanaskan dalam percobaan.
CuSO4.XH2O →         CuSO4 + X H2O
1.0021 gram               0.644 g  0.3587 g

    Digunakan perbandingan mol karena mol CuSO4 dan X.H2O sebanding sesuai dengan hukum stoikiometri maka hidrat dapat dihitung dengan cara:
Dari rumus diatas bila dijabarkan akan menjadi:
       Rumus ini sama saja dengan rumus yang tertulis pada bab metodelogi karena berat sampel akhir adalah berat CuSO4 atau Wb dan berat sampel akhir - awal sama dengan berat air atau Wa sehingga didapati rumus:
Keterangan:
X       = jumlah hidrat
Wa     = berat awal (gram)
Wb     = berat akhir (gram)
          Oleh karena itu perhitungan yang digunakan pada tabel 1 kurang tepat baik itu jumlah hidrat secara dry basis maupun wet basis. Perhitungan jumlah hidrat  secara dry basis menggunakan rumus:
         Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menghitung jumlah hidrat dalam sampel. Jadi sebelum praktikum dianalogikan praktikan tidak mengetahui jumlah hidrat sampel yang sebenarnya sehingga seharusnya rumus ini tidak dapat digunakan.
          Apabila menggunakan perhitungan jumlah hidrat secara wet basis yaitu:
         Hasilnya lebih mendekati nilai hidrat yang sebenarnya yaitu 5 namun rumus ini masih kurang tepat, karena perhitungan jumlah hidrat berbeda dengan perhitungan kadar air, sehingga wet basis dan dry basis tidak berlaku pada pehitungan hidrat ini.

KESIMPULAN
         
          Berdasarkan hasil praktikum didapatkan jumlah hidrat yang terkandung dalam CuSO4.5H2O secara dry basis sebesar 7.7014 dan secara wet basis sebesar 4.9510.

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press, Jakarta.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Hein, M.1981. College Chemistry In The Laboratorium. Brookole Publishing Company, California)
Keenan, Charles W. 1980. Ilmu kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press,  Jakarta
Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press, Jakarta.
Rohman, 2007. Kimia Farmasi. Pustaka Belajar, Jakarta.
Sunarya,yayan. 2010. Kimia Dasar 2.  Yrama Widya, Bandung.
Suryanto, D. 1994. Praktikum Kimia Dasar. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.

PDFnya disini
Kalau linknya bermasalah bisa komen di bawah atau kontak aku di ig ya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.