Pembuatan Media dan Sterilisasi
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikrobiologi sangat
erat kaitannya dengan mikroorganisme (bakteri, kapang, khamir. Dalam
mempelajari mikrobiologi pangan, tentu praktikan akan banyak mengamati
unsur-unsur yang terkait dengan mikroorganisme tersebut. Untuk mengamati
mikroorganisme tersebut, maka praktikan harus mampu untuk menumbuhkan atau
memperbanyak mikroorganisme tersebut.
Mikroorganisme
membutuhkan media untuk tumbuh. Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya
mikroorganisme, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi,
perhitungan jumlah mikroba, serta sebagai wadah atau tempat zat hara yang
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi
dalam metabolisme, dan pergerakan. Sebenarnya mikroorganisme tersebut dapat
tumbuh di mana saja, asalkan nutrisi dan lingkungannya sesuai. Namun untuk
mengoptimalkan pengamatan, digunakan media khusus yang sudah mengandung nutrisi
yang diperlukan mikroorganisme yang bersangkutan. Dalam proses pembuatannya,
media harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media itu sendiri. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar
praktikan dapat membuat media serta mensterilisasi dengan baik dan benar.
1.2
Tujuan
Mahasiswa dapat
membuat berbagai macam media dan mengerjakan sterilisasi alat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengenalan Media
Media merupakan nutrien yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk pertumbuhan secara in vitro. Berfungsi secara kualitatif untuk
isolasi dan identifikasi mikroorganisme dan secara kuantitatif untuk
perbanyakan dan perhitungan jumlah mikroorganisme (Harti, 2015)
Media adalah satu substrat yang diperlukan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba. Syarat media adalah:
1. Mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba.
2. Mempunyai tekanan osmotik, tegangan permukaan dan pH
yang sesuai dengan kebutuhan mikroba.
3. Steril, sebelum ditanami mikroba tidak ditumbuhi
oleh mikroba lain yang tidak siinginkan.
Menurut (Pelczar, 1996), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan,
yaitu:
1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan
menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh Nutrient Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato
Dextose Agar (PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba
dan kemampuannya untuk mengadakan
perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya, medium tetes tebu untuk Saccharomyces
cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan
bahan-bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit
dalam suatu campuran berbagai mikroba contoh Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium
Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu
yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam
suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garamk dan
bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia
atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan
perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan susunan
tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan
bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan
lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya medium untuk
menghitung jumlah bakteri E. coli air sumur.
Berdasasarkan
bentuknya, dengan ada tidaknya bahan tambahan seperti agar-agar atau gelatin,
dikenal 3 bentuk media:
1. Media padat, media yang ditambahi tepung agar-agar
sebanyak 12-15%. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan bakteri atau
kapang.
2. Media semipadat atau semicair, media yang ditambahi
tepung agar-agar yang kurang dari seharusnya. Umumnya digunakan untuk
pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anaerobik dan
fakultatif.
3. Media cair, media yang tidak ditambahi bahan
pemadat, umumnya untuk pertumbuhan mikroalga.
Berdasarkan susunannya media terbagi atas:
1. Media alami yaitu media yang disusun dari
bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telur, ikan, sayur dan
sebagainya.
2. Media semi sntesis yaitu media yang disusun dari
bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis.
3. Media sintesis yaitu media yang disusun dari
senyawa-senyawa kimia.
2.2 Sterilisasi
Metode yang lazim
digunakan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan.
Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah
(menggunakan autoklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi
kering (menggunakan oven).
Sterilisasi kering digunakan untuk
mensterilkan alat-alat yang terbuat dari gelas, logam atau bahan lainnya yang
tahan dengan suhu tinggi. Dilakukan dengan cara membiarkan alat gelas di oven
selama 2 jam dengan suhu 160-1800C. Sterilisasi basah pada umumnya
untuk mensterilkan bahan untuk pengujian mikrobiologi. Dilakukan dengan
menggunakan uap panas pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi di dalam
autoklaf (Agustine, 2012).
Autoclave digunakan untuk
mensterilkan alat-alat maupun medium mikroorganisme. Prinsip kerja alat ini
sama dengan prinsip kerja kukusan (alat sederhana untuk menanak nasi) hanya
saja memiliki tekanan sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi. Hal ini
bertujuan untuk lebih menyempurnakan proses sterilisasi. Tahap sterilisasi
sebenarnya cukup singkat yaitu dengan suhu 121 derajat celsius selama 15 menit.
Namun waktu keseluruhan mulai dari pemanasan awal (kenaikan suhu) sampai
pendinginan (penurunan suhu) bisa mencapai kurang lebih dua jam. Yang perlu
diperhatikan selama mengoperasikan alat ini adalah tutupnya jangan diletakkan
sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan
hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0. Medium yang mengandung
vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera
didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat
langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril
(Dwidjoseputro, 1994).
III. METODOLOGI
3.1 Alat
·
Aquadest
·
Autoclave
·
Butir Gelas
·
Cawan Petri
·
Erlenmeyer
·
Gelas Ukur
·
Oven
·
Pasir Quarts
·
3.2 Bahan
·
KH2PO4
·
Larutan Pengencer
·
Nutrient Agar
·
Nutrient Broth
·
Plate Count Agar
·
Potato Dextrose
Agar
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)
1. Nutrient Agar ditimbang sebanyak 23 gram dan
dilarutkan dalam 1 L Aquadest kemudian dipanaskan.
2. Diaduk
hingga homogen dan dipanaskan hingga mendidih.
3. Dimasukkan
kedalam botol dan disterilkan.
3.3.2
Pembuatan Medium Nutrient Broth (NB)
1.
Nutrient Broth ditimbang sebanyak 13 gram dan dilarutkan dalam 1 L
aquadest.
2. Diaduk
hingga homogen dan dimasukkan kedalam wadah kemudian disterilkan.
3.3.3
Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
1. Potato Dextrose Agar ditimbang sebanyak 39
gram dan dilarutkan dalam 1 L aquadest.
2. Diaduk
hingga homogen dan dipanaskan hingga mendidih.
3. Dimasukkan
kedalam botol dan disterilkan.
3.3.4
Pembuatan Medium Plate Count Agar (PCA)
1. Plate Count Agar ditimbang sebanyak 17,5 gram dan
dilarutkan dalam 1 L aquadest.
2. Diaduk
hingga homogen dan dipanaskan hingga mendidih.
3. Dimasukkan
kedalam botol dan disterilkan.
3.3.5
Pembuatan Larutan Buffer Posfat (KH2PO4)
1. KH2PO4
ditimbang sebanyak 34 gram dan dilarutkan dalam aquadest.
2. Diatur pH
na hingga 7,2 dan ditambah air hingga
1L.
3. 1,25ml
larutan stock diencerkan hingga 1L aquadest dan disterilkan.
3.3.6
Pembuatan Larutan Pengencer dan Pasir Quarts
1. 10 gram
Pasir ditambahkan kedalam 99 mL larutan pengencer.
2.
Disterilkan.
3.3.7
Pembuatan Larutan Pengencer dan Butir Gelas
1. 1 sendok
teh butir gelas ditambahkan kedalam 99ml larutan pengencer
2.
Disterilkan
3.3.8
Sterilisasi Basah Perebusan
1. Alat-alat
dicuci dengan detergen dan dimasukkan ke panic
2. Air
dimasukkan hingga terendam dan dipanaskan hingga mendidih
3. Alat-alat
dimasukkan kedalam lemari steril dan botol steril siap digunakan untuk mengemas
3.3.9
Autoclave
1. Autoclave diisi dengan aquadest dan tempat
penyimpanan alat disimpan di atas penyangga.
2.
Alat/bahan/medium dimasukkan kedalam autoclave.
3. Autoclave
ditutup dan dinyalakan tombol ON.
4. Diatur
suhu pemanasan dan klep ditutup setelah air menetes.
5. Jarum
penunjuk dibiarkan kembali ke nol setelah sterilisasi selesai.
6. Klep di
buka, tutup digeser, isi autoclave dikeluarkan.
7. POWER
dimatikan.
3.3.10
Sterilisasi Kering
1. Alat-alat dicuci dan dimasukkan kedalam oven kemudian
dipanaskan selama 2 jam.
2. Alat-alat steril dimauskkan kedalam lemari steril.
3. Botol
steril siap digunakan.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Media
No Kel
|
Nama
Bahan
|
Berat
(g)
|
Larutan
aquades (mL)
|
Karakteristik
|
Kom.
Media (gram/L)
|
||
Sebelum
dilarutkan
|
Setelah
dilarutkan
|
Setelah
sterilisasi
|
|||||
1B
|
NaCl fis
|
0.85
|
100
|
Bubuk bewarna putih
|
Larutan
tak bewarna ( bening)
|
Larutan
tak bewarna ( bening)
|
NaCl
|
2B
|
Nutrient
Agar (NA)
|
2
|
100
|
Bubuk bewarna coklat
muda
|
Larutan kuning
kecoklatan, agak keruh
|
Padatan agar bewarna
coklat muda keruh
|
- Peptone from meat 5.0
- Meat extract 3.0
- Agar 12.0
|
3B
|
Nutrient
Broth (NB)
|
1.3
|
100
|
Bubuk
bewarna kuning pucat
|
Larutan
bewarna kuning jernih
|
Larutan bewarna kuning
jernih
|
- Lab Lemco Powder 1.0
- Yeast extract 2.0
- Peptone 5.0
- NaCl 5.0
|
4B
|
Potato
Dextrose Agar (PDA)
|
3.9
|
100
|
Bubuk bewarna kuning
pucat
|
Larutan bewarna kuning
sedikit kecoklatan dan keruh
|
Padatan agar tak
bewarna
(bening)
|
- Potato Infusion 4.0
- Glucose 20.0
- Agar 15.0
|
5B
|
Plate
Count Agar (PCA)
|
1.75
|
100
|
Bubuk bewarna kuning
pucat
|
Larutan bewarna kuning
pucat dan keruh
|
Padatan agar bewarna
oranye muda dan keruh
|
- Tryptone 5.0
- Yeast extract 2.5
- Glucose 1.0
- Agar 9.0
|
6B
|
NaCl fis
|
0.85
|
100
|
Bubuk bewarna putih
|
Larutan
bewarna ungu seulas
|
Larutan
merah muda seulas
|
NaCl
|
7B
|
Nutrient
Agar (NA)
|
2
|
100
|
Bubuk bewarna coklat
muda
|
Larutan kuning
kecoklatan, agak keruh
|
Padatan agar bewarna
coklat muda keruh
|
- Peptone from meat 5.0
- Meat extract 3.0
- Agar 12.0
|
8B
|
Nutrient
Broth (NB)
|
1.3
|
100
|
Bubuk bewarna kuning
pucat
|
Larutan bewarna kuning
jernih
|
Larutan bewarna kuning
jernih
|
- Lab Lemco Powder 1.0
- Yeast extract 2.0
- Peptone 5.0
- NaCl 5.0
|
9B
|
Potato
Dextrose Agar (PDA)
|
3.9
|
100
|
Bubuk bewarna kuning
pucat
|
Larutan bewarna kuning
sedikit kecoklatan dan keruh
|
Padatan agar bewarna
kuning dan agak keruh
|
- Potato Infusion 4.0
- Glucose 20.0
- Agar 15.0
|
10B
|
Plate
Count Agar (PCA)
|
1.75
|
100
|
Bubuk bewarna kuning
pucat
|
Larutan bewarna kuning
sindur pucat dan keruh
|
Padatan agar bewarna
oranye muda dan keruh
|
- Tryptone 5.0
- Yeast extract 2.5
- Glucose 1.0
- Agar 9.0
|
11B
|
NaCl fis
|
0.85
|
100
|
Bubuk bewarna putih
|
Larutan
tak bewarna ( bening)
|
Larutan
tak bewarna ( bening)
|
NaCl
|
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan berbagai macam
medium pertumbuhan bakteri Medium yang digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme harus sesuai komposisinya
dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan.
Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik
pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di
tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya
memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan
darah atau bahan-bahan kompleks lainnya. (Volk, dan Wheeler,1993).
Setelah
pembuatan media, tentu media tersebut sebelum digunakan harus disterilisasi
terlebih dahulu. Sterilisasi merupakan hal terpenting dalam praktikum
mikrobilogi, karena jika tidak menggunakan peralatan dan media yang tidak
steril maka akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau terkontaminasi.
4.2.1. Pembuatan Media
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan berbagai macam medium yaitu NaCl fis 0.85%, Nutrient Agar (NA), Nutrient
Broth (N4B), Potato Dextrose Agar
(PDA) dan Plate Count Agar (PCA).
Pada umumnya media dibuat dengan cara pelarutan (untuk menghomogenkan media)
-> cek pH (agar pH pertumbuhan mikroorganisme sesuai, biasanya digunakan HCl
dan NaOH untuk adjust pH) -> pendidihan (agar media larut dalam air,
umumnya yang dididihkan media agar, karena agar kurang larut dengan air dingin
sehingga diperlukan pendidihan) -> sterilisasi basah (menggunakan autoklaf
1210C 15 psi 15 menit, namun beberapa media ada yang membuatnya
dengan cara sterilisasi, cek botol media terlebih dahulu untuk cara pembuatannya).
Media yang sudah jadi dapat ditaruh di lemari es dan ketika akan digunakan
kembali dididihkan kembali kemudian ditaruh di waterbath dengan suhu sekitar 600C
supaya media agar tetap cair ketika akan ditunangkan ke cawan petri atau ke
dalam tabung reaksi.
4.2.1.1. NaCl fisiologis
NaCl fisiologi merupakan larutan pengencer. Jenis pengenceran terbagi menjadi tiga. Pertama,
pengenceran menggunakan aquades yang paling tidak teliti dibandingkan dengan
dua pengenceran lainnya. Kedua, pengenceran dengan NaCl-fisiologis, memiliki
ketelitian lebih baik dibanding dengan menggunakan aquades. Ketiga, larutan
buffer fosfat yang paling teliti. Larutan pengencer yang sering
digunakan yaitu NaCl fisiologis 0.85 %, buffer fosfat (KH2PO4, dan
K2PO4), dan larutan ringer. Larutan
pengencer berfungsi untuk membuat atau mengencerkan media/substrat pertumbuhan mikrooraganisme agar konsentrasi dari media tidak terlalu pekat dan memudahkan mikroorganisme tumbuh serta
memudahkan dalam perhitungan jumlah mikroorganisme.
Selain itu, bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula
disesuaikan pHnya, misalnya 7, maka mungkin sekali pH ini akan berubah sebagai
akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergeseran pH
ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan seterusnya organisme
itu. Pergeseran ini dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga
(Pelczar, 1986).
NaCl fisiologis yang akan dibuat pada praktikum kali ini yaitu sebanyak
100 mL, banyaknya NaCl yang ditimbang adalah 0.85%w/v x100 mL = 0.85 gram. Pada
kelompok 6B terdapat perbedaan warnayaitu sedikit keunguan setelah dilarutkan
dan merah muda seulas setelah disterilkan, hal ini disebabkan karena beaker glass yang digunakan terdapat
sedikit media EMB (Eosin Methylene Blue)
yang bewarna ungu. Setelah ditimbang NaCl fisiologis dilarutkan dalam aquades
kemudian disterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C, 15 psi selama
15 menit. Pada NaCl fisiologis tidak usah dididihkan karena bubuk NaCl larut
sempurna dalam air sehingga tidak perlu dididihkan.
4.2.1.2. Nutrient Agar (NA)
Nutrient Agar (NA) merupakan medium umum berwarna
kuning muda yang bersifat semi sintetis yang digunakan untuk media pertumbuhan
berbagai jenis bakteri. NA biasa digunakan untuk uji air, uji bakteri pada
produk pangan, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Komposisi
medium NA diantaranya yaitu beef extract,
gelatin peptone, dan bacteriological agar. Beef extract berfungsi sebagai sumber
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan agar berfungsi sebagai bahan
pemadat medium. Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba
cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994).
Media
NA yang akan dibuat pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 100 mL, pada botol
tertulis untuk membuat media NA dibutuhkan 20 gram NA dalam 1 L aquades, bubuk
NA ini bewarna coklat muda, maka banyaknya NA yang ditimbang adalah
20g/1000mLx100 mL = 2 gram. Setelah ditimbang NA dilarutkan dalam aquades dan
dididihkan agar bubuk NA semuanya larut
dan homogen dan warna larutan setelah dilarutkan yaitu coklat muda dengan
larutan agak keruh, kemudian media NA disterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C,
15 psi selama 15 menit. Setelah disterilisasi didapatkan hasil padatan agar
bewarna coklat muda keruh.
4.2.1.3. Nutrient Broth (NB)
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan
dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris
antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu NA berbentuk
padat dan NB berbentuk cair. Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia
dari NA dan nutrient broth sebagaimedium umum. Medium Nutrient Broth (NB)
merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair
dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium
untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
Media NB yang akan dibuat pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 100 mL,
pada botol tertulis untuk membuat media NB dibutuhkan 13 gram NB dalam 1 L
aquades, bubuk NA ini bewarna kuning, maka banyaknya NB yang ditimbang adalah
13g/1000mLx100 mL = 1.3 gram. Setelah ditimbang NB dilarutkan dalam aquades
setelah dilarutkan menjadi larutan bewarna kuning yang jernih, kemudian media
NB disterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C, 15 psi selama 15
menit. Pada NB tidak usah dididihkan karena bubuk NB larut sempurna dalam air
sehingga tidak perlu dididihkan.
4.2.1.4. Potato Dextrose Agar (PDA)
Media PDA (Potato Dextrose
Agar) digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang dan khamir
pada bahan makanan dan bahan lainnya. Karbohidrat dan senyawa yang diambil dari
kentang mendukung pertumbuhan khamir dan kapang dan pada kondosi pH yang
diturunkan dapat menghambat pertumbuhan kontaminan (bakteri yang ikut). Jika
medium ini dipakai untuk perhitungan jamur, pH medium harus diturunkan hingga
3,5 karena jamur akan tumbuh pada medium ini untuk mengembangkan morfologinya
(Thatcher and Clark, 1987).
Fungsinya sebagai media selektif untuk pertumbuhan jamur dan yeast hingga
sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast yang
dilakukan dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk
koloni yang dapat diikat atau dihitung (Fardiaz, 1993). Berdasarkan komposisinya PDA termasuk medium semi sintetik
tidak dapat diketahui secara pasti komposisi
senyawa penyusunnya sedangkan menurut fungsinya, PDA termasuk dalam
medium umum karena cocok untuk mengidentifikasi pertumbuhan kapang dan khamir.
Media PDA yang akan dibuat pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 100 mL,
pada botol tertulis untuk membuat media PDA dibutuhkan 39 gram PDA dalam 1 L
aquades, bubuk PDA ini bewarna kuning kecoklatan, maka banyaknya PDA yang
ditimbang adalah 39g/1000mLx100 mL = 3.9 gram. Setelah ditimbang PDA dilarutkan
dalam aquades dan dididihkan agar bubuk
PDA semuanya larut dan homogen dan warna larutan setelah dilarutkan
yaitu kuning sedikit kecoklatan dengan larutan agak keruh, kemudian media PDA
disterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit.
Pada hasil setelah sterilisasi terdapat pebedaan pada kedua kelompok, pada
kelompok 4B padatan agar tak bewarna dan pada kelompok 9B padatan agar bewarna
kuning dan agak keruh. Hal ini wajar terjadi karena setiap kita membuat media,
warna yang dihasilkan tidak selalu sama.
4.2.1.5. Plate Count Agar (PCA)
Plate Count Agar (PCA)
atau yang juga sering disebut dengan Standard Methods Agar (SMA)
merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap
sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampel-sampel lainnya yang
juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count
Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga
setelah dingin media tersebut akan menjadi padat (Addina, 2014)
Media PCA yang akan dibuat
pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 100 mL, pada botol tertulis untuk
membuat media PCA dibutuhkan 17.5 gram PCA dalam 1 L aquades, bubuk PCA ini
bewarna kuning, maka banyaknya PCA yang ditimbang adalah 17.5g/1000mLx100 mL =
1.75 gram. Setelah ditimbang PCA dilarutkan dalam aquades dan dididihkan agar
bubuk PCA semuanya larut dan homogen dan warna larutan setelah dilarutkan yaitu
kuning sindur dengan larutan agak keruh, kemudian media PCA disterilkan pada
autoklaf dengan suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit. Hasil dari
sterilisasi yaitu padatan agar bewarna oranye muda dan keruh.
4.2.2. Sterilisasi
Metode yang lazim digunakan untuk
mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas
digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan
autoklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan
oven).
Sterilisasi kering digunakan untuk mensterilkan
alat-alat yang terbuat dari gelas, logam atau bahan lainnya yang tahan dengan
suhu tinggi. Dilakukan dengan cara membiarkan alat gelas di oven selama 2 jam
dengan suhu 160-1800C. Sterilisasi basah pada umumnya untuk
mensterilkan bahan untuk pengujian mikrobiologi. Dilakukan dengan menggunakan
uap panas pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi di dalam autoklaf
(Agustine, 2012).
Autoclave digunakan untuk mensterilkan
alat-alat maupun medium mikroorganisme. Prinsip kerja alat ini sama dengan
prinsip kerja kukusan (alat sederhana untuk menanak nasi) hanya saja memiliki
tekanan sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk
lebih menyempurnakan proses sterilisasi. Tahap sterilisasi sebenarnya cukup
singkat yaitu dengan suhu 121 derajat celsius selama 15 menit. Namun waktu
keseluruhan mulai dari pemanasan awal (kenaikan suhu) sampai pendinginan
(penurunan suhu) bisa mencapai kurang lebih dua jam. Yang perlu diperhatikan
selama mengoperasikan alat ini adalah tutupnya jangan diletakkan sembarangan
dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh
dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0. Medium yang mengandung vitamin,
gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan.
Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan
di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 1994).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
sterilisasi menggunakan autoklaf di laboratorium mikrobiologi pangan yaitu:
1. Air di dalam autoklaf tidak boleh terlalu sedikit karena jika terlalu
sedikit dalam prosesnya air akan habis dan di dalam autoklaf kering, hal itu
sangat membahayakan, mengingat tekanan di dalam autoklaf cukup tinggi.
2. Tutup autoklaf harus ditutup dengan benar agar proses pensterilan di
dalam autoklaf berjalan dengan baik.
3. Setelah air menetes keluar, klep pengaman ditutup agar tekanan di dalam
naik dan suhu 121 derajat celsius dapat tercapai karena titik didih akan naik
bila tekanan naik.
4.
Setelah proses sterilisasi selesai jangan langsung membuka tutup
autoklaf, melainkan menunggu tekanan di dalam autoklaf 0, bila tidak, tutup
autoklaf akan terlempar karena tekanan di dalam autoklaf.
5.
Setelah sterilisasi selesai dimatikan autoklaf, dibiarkan dingin, dibuka
klep udara dan tutup autoklafnya kemudian keluarkan alat/bahan yang sudah
steril.
V. KESIMPULAN
Praktikum pembuatan media dan sterilisasi kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Medium
adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan mikroorganisme.
2. Terdapat
berbagai macam medium berdasarkan bentuknya, komposisi, dan fungsinya.
3. Pada
umumnya medium dibuat dengan cara pelarutan, pendidihan dan sterilisasi basah.
4. Pada
pembuatan medium NA, PCA, NB dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba secara
umum.
5. Medium
NA, PCA dan PDA merupakan medium padat.
6. Medium
NB dan NaCl fisologis merupakan medium cair.
7. Sterilisasi
adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat, bahan, dan kemasan dari segala
macam bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.
8. Sterilisasi
terdapat 2 macam yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Sterilisasi
basah menggunakan autoklaf dan sterilisasi kering menggunakan oven.
DAFTAR PUSTAKA
Addina,
Ghina. 2014. Evaluasi Kadar Bakteri di Udara dengan Menggunakan Media Plate Count Count Agar (PCA)
berdasarkan Tinggi secara Vertikal di
Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dengan Merode Total Plate Count (TPC). Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Agustine,
Hadiati, dkk. 2012. Mikrobologi. Bogor: Kemenperin Pusdiklat Industri Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Dwidjoseputro,
D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Djambatan.
Pelczar.
1996. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Depok: Universitas Indonesia.
Srikandi Fardiaz. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Staples,C.R.W.W. Thatcher,
and J.H. Clark. 1990. Relationship
Between Ovarian Activity and Energy
Status During the Early Perpertum Period of High Producing Diary Cows.J. Diary Sci.73:
939—949
Volk, A. Wesley dan Wheeler,
F. Margaret. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jilid Edisi
kelima.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Setelah saudara pelajari dan dipraktikan, jelaskan fungsi
penambahan beef extract pada
pembuatan media NA dan fungsi penambahan kentang pada pembuatan media PDA! Mengapa
berbeda?
Jawab :
Fungsi
beef extract untuk menumbuhkan atau mengembangkan mikroorganisme yang
tumbuh pada media tersebut yaitu menumbuhkan bakteri, kapang, dan khamir.
Sedangkan penambahan kentang untuk
menumbuhkan mikroorganisme namun hanya pada kapang dan khamir, kentang digunakan
ekstrak kentang karena kentang sebagai sumber karbon (karbohidrat), vitamin,
dan energi.
2. Jelaskan fungsi dari larutan pengencer? mengapa harus menggunakan
KH2PO4? Dapatkah digantikan dengan senyawa kimia lain?
Jawab :
Larutan pengencer digunakan untuk membuat
media/substrat pertumbuhan bakteri agar konsentrasinya tidak terlalu pekat dan
memudahkan mikroorganisme tumbuh.
Tidak ada komentar: